Showing posts with label 'ILMI. Show all posts
Showing posts with label 'ILMI. Show all posts

Blogging Lagi: Like Workout dari Nol & Konsep Organizing


Tulisan


Sudah beberapa hari blogging lagi. Setelah direview-review, seperti ketika dulu rutin workout sekarang tidak. Gimana tuh? Ya ketika sebelumnya rutin workout, otot terlatih, terbiasa latihan dengan intensitas maupun kekuatan sama atau dinaikkan. Ketika off, dan memulai kembali, kita start dari kekuatan dan intensitas awal, bukan dari waktu terakhir latihan, apalagi jika jedanya sangat lama.



Begitupun dengan blogging ataupun khususnya membuat tulisan. Dulu bisa lancar jaya, bikin-bikin tulisan dengan nyaman. Tidak begitu ada yang mengganjal ketika dibaca ulang. Namun kini, baca ulang tulisan, kok serasa ada yang mengganjal ya, kok serasa ada yang kurang. Oh ternyata typo, oh ternyata ada repetisi penggunaan kata, ataupun cedera-cedera kalimat lainnya. That’s why perlu konsistensi exercise nulis, meski sedang buntu, meski sedang sibuk. Sehingga turut menjaga skill kepenulisan di batas minimal, syukur-syukur bisa ditingkatkan dari hari ke hari. We should remember that, we can die, but not with our creation, it's still alive.


Setelah direview, sebenarnya kita juga berlatih membuat sesuatu yang terstruktur dan sistematis ketika membuat tulisan. Membuat kerangka berpikir kita terlihat jelas dan jernih. Karena akan terasa nganunya, ketika tulisan itu tidak terstruktur. Terlihat gesrek bisa juga. Terlihat kondisi ketidakjernihan pikiran dan atau perasaan kita. Kalo dulu sempet dicoacing sih, memang perlu men-draft tulisan terlebih dahulu, mencari informasi, baru kemudian membuat artikel dan merevisi-revisi ataupun proofing tulisan. Barulah menjadi tulisan yang siap publish.


Dari segi ide tulisan, sebenarnya banyak gagasan-gagasan yang bisa dishare di public, karena tidak banyak yang tau gagasan itu, perlu ngulik dalem baru tau bahasan itu. Bisa dijadikan sumber tulisan pula. Nah, semoga konsisten membahas tema-tema yang unik itu. Tema-tema kekinian, yang muncul karena tuntutan keadaan yang seperti sekarang ini.


Teknis


Itu perihal tulisan. Sedangkan perihal teknis menataulang blog, bisa dikatakan lebih tercerahkan, karena ada basic coding HTML, meski kelasnya bisa digolongkan masih ecek-ecek (intro), pernah sih ada tugas besar membuat web, tapi belum sampai dikonekkan di internet. Tapi skill-skill dasar itu cukup untuk menjadi modal blogging. Jika dahulu (sewaktu SMA) hanya modal membaca tutorial kemudian dipraktikkan (tanpa kemampaun membaca bahasa pemrograman), sekarang, sedikit-sedikit bisa membaca code HTML yang ada di tema blogger.











Selain ada bekal coding HTML, perngulikan desain dan visual juga mendukung aktivitas blogging. Terbiasa dengan warna-warna match atau eye catching, membuat kita jadi lebih peka terhadap pewarnaan maupun tata letak. Termasuk unsur-unsur presisinya. Mungkin ini relate dengan konsep-konsep keindanan Marie Kondo juga atau konsep organizing. Dan mungkin selanjutnya bisa ngulik konsep blog minimalis. Agar pembaca bisa dengan lebih cepat mengakses yang ia butuhkan. Dan lebih nyaman diakses mata-mata visual (baca: orang-orang yang diberi kelebihan pada visualnya, sehingga lebih sensitive dengan apa-apa yang diterima mata).


Etapi ternyata ada beberapa yang tidak atau belum bisa ku ubah. Entah karena sudah fix bawaan tu template tema atau aku yang belum nemu codingan untuk mengubahnya. Dilihat gitu jadi potek hati, yang nampak kek mana, keinginan hati gimana. Tapi ya gimanaa, semoga lekas nemuin codingan pengubahannya deh yaa.


Itu sih, yang kutemui sementara ini, mungkin kamu ada pengalaman serupa? Drop your story below. Menarik untuk diperbincangkan. Memperbincangkan yang pasti-pasti, ya kan nganu juga kalo dihadapkan pada perbincangan yang penuh ketidakpastian. *eh! Hehe hehe

Readmore >>

[Catatan Petualang] Susahnya Pergi dari Sini ke Situ :D Memaknai Dewasa dan Pemaknaan Relasi ~,~

[Catatan Petualang]
Susahnya Pergi dari Sini ke Situ :D Memaknai Dewasa dan Pemaknaan Relasi ~,~


Bismillaah.
Assalaamu’alaykum :D Hi All? Hehehe *Menjawab salam dan serempak menjawab “Halloooo :D”*
Nah, kali ini penulis ingin sedikit berbagi pengalaman, sesuatu yang agak menyesakkan dada. Huahuahua, lebay haha. Biarin :P

Huft, sudah sekian lama penulis belajar di kampus Undip tercinta ini. #akuCintaUndip :D Sudah tiga tahun lamanya sejak negara api menyerang. Dan… eng ing eng, penulis lebih banyak kelayapan daripada belajar dengan sungguh-sungguh. :D Dasar bocah hahaha. Masa Kecil Kurang Berbahagia (MKKB) ya Bu? Haha. Maybe, abisnya pas kecil isinya belajar mulu dan karang main keluar, maklumlah gadis Jawa, anak pingitan, hahaha.

Ya gimana engga kelayapan mulu, semester satu tu tiga organisasi, yakni HMIF, DIGIT, dan R’nB. Semester dua penulis ikut DIGIT, BEM FSM, dan R’nB. Dan tahun ketiga kemaren penulis ikut R’nB, FLS(Future Leader Summit), dan Smartpreneur. Mulai Juni kemaren penulis mencoba mengikuti kegiatan Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS). Apa sih SABS? :D SABS itu ialah sekolah berbasis alam yang terletak di Klaten, Jawa Tengah, di pinggir sungai Bengawan Solo. Penulis penasaran dengan sekolah itu karena keunikannya dan itu seperti khayalan anak kecil jaman penulis masih kecil, *teringat film-film yang menampilkan rumah pohon*.

Oya, di SABS penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan, diantaranya ialah: Jelajah Solo dengan start Balekambang selama kurang lebih tujuh jam, Ramadhan Ceria bareng anak FT UNS (ini awal mula penulia bertemu dedek Hammam :D ), SABS Festival (Festival SABS bersama mahasiswa-mahasiswi KKN UNS hehe), dan Night Camp (Hiking dan Susur menyeberangi Sungai Bengawan Solo), ehmmm apa lagi ya? Hehehe.

Setelah itu, penulis digalaukan dengan makna dewasa, apasih makna dewasa sebenarnya? Siapa sih diri kita? Hehehe. Ini dia resume dari kakakku mas Itut, Dewasa:
1.       Ketika bisa nangis bareng, tidak hanya tertawa bersama.
2.       Ketika kita sudah mau terbuka, ngobrol bareng, memecahkan barrier yang ada, dan menurunkan ego kita.
3.       Apa lagi ya? Haha. Mungkin itu dulu. Silakan Manteman memaknainya sendiri-sendiri. J

Oya, tingkat tiga ini rasanya tinggal jalan-jalan. Kenapa? Karena isinya pencitraan dan menjaga link hehehe. Pencitraanya tuh di dalam dan di luar Undip. Penulis juga sering menghadiri kegiatan-kegiatan bisnis di hotel-hotel gitu, hehehe. Selain itu, penulis mencoba main ke Solo atau Jogja, membandingkan keilmiahan Solo dan Jogja itu bagaimana. Hehe. Dan, right, R’nB emang solutif, hehehe. Tinggal eksekusi-eksekusi di lapangan aja yang perlu dibenahi. Hehe.

Di usia yang tergolong tua untuk ukuran mahasiswa ini, penulis jadi lebih paham bagaimana harus bersikap dan memposisikan diri. Bersikap dalam artian bagaimana kita menerapkan segala ilmu yang sudah kita pelajari dalam ranah sikap/ adab/ etika ke siapapun, back to hirarki (tingkatan). Selain itu, penulis juga paham bagaimana harus memposisikan diri. Penulis lahir dari bawah, dalam artian memang memulai sesuatu dari nol, bahkan kadang minus.  Jadi paham bagaimana memposisikan diri sebagai adik, kakak, ibu, atau-pun bapak di suatu tempat itu (addaptable).

Oya, btw, tugas utama yang perlu saya lakukan sebagai mahasiswa jadi rada terlupakan. Apa? Ya belajar bersungguh-sungguh di Informatika, hehe. Sekarang saya ingin bangkit dan fokus untuk PKL dan TA1. Semoga lancar dan cepat kelar. :D 2015 lulus. Aamiin :D

Alhamdulillaah, serasa sudah menemukan siapa sih sebenarnya saya? Who am I sudah terjawab. J  Ini ceritaku dan pemaknaan diriku serta relasiku, bagimana ceritamu? J *Silakan berpendapat/ berekspresi*

Masdhiana Sukmawarni
Informatika Undip 2011
Tembalang, Semarang, pukul 3:13 AM tanggal 14 Oktober 2014
Readmore >>

[Kaderisasi] Dualitas Fungsi R'nB: Fungsi Organisator & Fungsi Peningkatan Kapasitas Diri!

Bismillaah…

Adakah yang sudah paham mengenai hal ini? Jikalau sudah ya alhamdulillaah, namun bagi yang belum perlu membaca tulisan ini. J
Konsep itu sudah termaktub di Buku Putih R’nB pada halaman 113 dengan judul Konsep Kaderisasi R’nB. Dengan sub judul Prinsip Kaderisasi R’nB. Penjelasan mengenai Dualitas Fungi R’nB:

1.    Fungsi organisator. Fungsi ini merujuk pada Kaderisasi sebagai Kultur Gerakan.
a.     Pada prinsip ini lebih menekankan bagaimana kaderisasi itu merupakan budaya bersama, jadi bukan budaya segelintir orang (missal HRD saja, iya HRD ialah pengelola yang lebih concern, namun kita semua wajib bertanggung jawab atas kaderisasi di R’nB).  
b.     Pada prinsip ini pula kaderisasi R’nB ialah jiwa gerakan mengkader. Jiwa ini merupakan karakter dan mentaslitas dari setiap kader dengan feeling berbagi serta feeling untuk membina. Dan jiwa dan feeling ini perlu diterapkan untuk setiap kader, jadi bukan sekedar hak, beban, atau kewajiban.

2.    Fungi peningkatan kapasitas diri. Fungsi ini merujuk pada dua prinsip selanjutnya, yakni Kaderisasi Berorientasi pada Hasil dan Kaderisasi yang Komprehensif (Menyeluruh) dan Integral (sebagai Kesatuan).
a.     Kaderisasi Berorientasi pada Hasil. Kaderisasi di R’nB berorientasi pada output. Sedangkan output R’nB ialah SDM. Jadi kaderisasi berorientasi pada pencapaian kapasitas pribadi(SDM) yang unggul, tangguh, dan professional. Dengan orientasi minimal pencapaian IKK (Indeks Kompetensi Kader).
b.    Kaderisasi yang Komprehensif (Menyeluruh) dan Integral (sebagai Kesatuan). Dalam sub poin prinsip ini, ada beberapa breakdown darinya. Breakdown Kaderisasi yang Komprehensif dan Integral:
                                             i.            Kaderisasi menyangkut beragam aspek dengan mengembangkan beragam potensi dan kompetensi kader. Hal ini berkaitan dengan IKK R’nB. IKK tersebut bisa menjadi standar minimal kompetensi yang perlu dikembangkan R’nBers sesuai dengan potensi dirinya.
                           ii.             Kaderisasi adalah turunan langsung dari visi R’nB. Visi R’nB ialah melahirkan technopreneur yang profesional dan tangguh yang mampu berperan dalam membangun daya saing bangsa.
                                          iii.            Seluruh ragam aktivitas R’nB yang dilakukan oleh berbagai tingkat dan bagian organisasi R’nB merupakan pencapaian tujuan kaderisasi R’nB. Jadi seluruh aktivitas yang terselenggara, baik di tiap tingkatan (Basic, Middle, Expert) maupun tiap bagian (per divisi) merupakan pencapaian tujuan dari kaderisasi di R’nB(yakni mencetak Technopreneur).  
                                        iv.            Sehingga segala aktualisasi kader baik di intra atau pun ekstra organisasi adalah bagian dari proses kaderisasi R’nB. Hal ini bisa dikaitkan dengan pemenuhan IKK. IKK bisa dipenuhi dengan kegiatan dari luar R’nB, semisal mengenai leadership, R’nBers tidak harus mengadakan kegiatan semisal di R’nB, mereka bisa saja mengikuti LKMM PD, LKMM D, atau LKMM M yang sudah biasa terselenggara.  
                                                            
Begitu kawan-kawan. Kayak kuliah umum ya? Hahaha :Dv

Nah, apasih maksud penulis share mengenai hal di atas? Maksudnya ialah ketika kita sudah masuk menjadi (setidaknya) anggota R’nB maka kita perlu memerhatikan konsekuensi yang kita terima di belakangnya. Apa konsekuensinya? Konsekuensinya ialah bisa seimbang menjadi organisator dan kapasitas diri pun terupgrade.

Penulis akan mencoba share penyakit teman-teman aktivis yang perlu diperhatikan dan dihindari:
1.      Mahasiswa prestatif à individualis, egois, maunya menang sendiri, dan pelit informasi/ sharing.
2.      Mahasiswa aktivis organisasi/ kegiatan à aktif sana sini, kuliah/ pengkaryaan terbengkalai.

Kedua tipe mahasiswa itu bagus, namun konsekuensi di R’nB ialah bisa menyeimbangkan antara keduanya, menjadi aktivis yang juga prestatif(kapasitas diri ter-upgrade). Secara keorganisasian dan leadership dia bisa mengelola tim serta memiliki skill meng-organize dan secara keilmuan dia aktif belajar, berkarya, dan mengaplikasikan hasil belajar dan berkarnya itu di masyarakat. Namun, lebih baik aplikasi ke masyarakat itu diterapkan dengan sistem buttom up. Bagaimana maksudnya? Maksudnya ialah seseorang mencari permasalahan real yang ada di masyarakat, disurvei, diteliti, kemudian setelah ia mempelajarinya maka solusi akan muncul dari sana dan solusi itu ialah karya yang diaplikasikan di masyarakat. Dan jangan lupa, kalau di R’nB tidak hanya sebagai aplikasi di masyarakat, namun juga dikomersilkan. J Jadi kita sebagai mahasiswa benar-benar solutif di masyarakat, bukan malah buat-buat masalah (memaksakan ide kita di masyarakat dan mencari masalah di masyarakat sesuai ide kita). Hehehe.
Jadi, kita belum bisa disebut R’nB sejati jika kedua hal itu masih timpang. Perlu keseimbangan antara bisa meng-organize dan selalu meng-upgrade kapasitas diri kita(khususnya sesuai bidang keilmuan kita).    

Readmore >>

[Catatan dari Dosen] Rasulullaah Mengajarkan Keilmiahan - Referensi, Sitasi, atau Daftar Pustaka

Bismillaah

Ini ialah hasil bimbingan PKL yang pertama dengan dosen yang pertama, hhe. Pada saat itu bapaknya menjelaskan bagaimana Islam telah mengajarkan keilmiahan. Kok bisa? Iya bisa :P

Biasa memerhatikan ga kenapa hadist itu buntutnya panjang banget kayak gelar? #eh. Sampai kita mungkin agak males untuk membacanya karena sitasi atau jalur periwayatannya yang panjang banget. Buntut itu namanya sanad hadits, sanad itu jalur periwayatan. Contoh sanad: dari si A, dari si B, dari si C, dst. Hadits yang bisa dijadikan landasan ialah hadits yang shahih (benar), ya ga Guys? J Hadits yang tidak sampai ke Rasulullaah, hadits karangan(maudhu’), atau sanadnya lemah(dhaif) maka hadits itu tidak dapat dijadikan sebagai referensi.  

“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silakan dia ambil tempat duduknya di neraka.” HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 3
Nah lhoh, ga mau kan disuruh mengambil tempat duduknya di neraka? Hhe. So, ambil hadits yang pasti-pasti aja J Pasti bener.

Eh btw mengenai hadits Dhaif, ini ada beberapa rincian syarat bagaimana saja hadits Dhaif bisa dipakai.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Sedangkan hadits dho’if diperselisihkan oleh para ulama -rahimahumullah-. Ada yang membolehkan untuk disebarluaskan dan dinukil, namun mereka memberikan tiga syarat dalam masalah ini,

[Syarat pertama] Hadits tersebut tidaklah terlalu dho’if (tidak terlalu lemah).
[Syarat kedua] Hadits tersebut didukung oleh dalil lain yang shahih yang menjelaskan adanya pahala dan hukuman.
[Syarat ketiga] Tidak boleh diyakini bahwa hadits tersebut dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits tersebut haruslah disampaikan dengan lafazh tidak jazim (yaitu tidak tegas). Hadits tersebut hanya digunakan dalam masalah at targhib untuk memotivasi dan at tarhib untuk menakut-nakuti.”

Yang dimaksudkan tidak boleh menggunakan lafazh jazim adalah tidak boleh menggunakan kata “qola Rasulullah” (رَسُوْل اللهِ قَالَ), yaitu Rasulullah bersabda. Namun kalau hadits dho’if tersebut ingin disebarluaskan maka harus menggunakan lafazh “ruwiya ‘an rosulillah” (ada yang meriwayatkan dari Rasulullah) atau lafazh “dzukiro ‘anhu” (ada yang menyebutkan dari Rasulullah), atau ”qiila”, atau semacam itu.

Jadi intinya, tidaklah boleh menggunakan lafazh “Qola Rosulullah” (Rasulullah bersabda) tatkala menyebutkan hadits dho’if.
Kyaaaa :D ini malah kita bahas hadits Dhaif ya? Haha. Back to topic.

Ketika hal ini dianalogikan maka seperti kalau kita menulis karya ilmiah, maka perlu ada referensi, sitasi, atau daftar pustaka. Sebuah data yang valid perlu ada asal/ sumber data itu diambil, kita tidak bisa mengambil data secara sembarangan. Karna itu sebagai wujud tanggungjawab ilmiah pada orang-orang yang membaca karya tulis kita. Ya ga? Dan so pasti dalam membuat karya yang ilmiah tidak mungkin kita mengabaikan sumber data(referensi, sitasi, atau daftar pustaka), karna karya yang kuat atau sarat keilmiahan atau sarat makna ialah karya yang dibuat dengan data-data penunjang.

Jadi, sudah jelaskan ternyata Rasulullaah pun mengajarkan pada kita untuk ilmiah, dari sumber-sumer yang kita pakai dalam menjalani hidup ini. Dan hal itu terefleksi dalam karya ilmiah yang memerlukan referensi, sitasi, atau daftar pustaka yang valid agar karya itu lebih sarat keilmiahannya.

Referensi:
http://rumaysho.com/faedah-ilmu/bolehkah-menggunakan-hadits-maudhu-dan-hadits-dhoif-566

Readmore >>

Adab- Adab Penuntut Ilmu

Bismillaah

Adab- Adab Penuntut Ilmu

Disampaikan oleh ustadz Sholihin, Rabu, 9 Oktober 2013 di Albarokah, Semarang.

Tanda-tanda ilmu yang bermanfaat:
1.       Seseorang beramal dengan ilmunya.
o   Ilmu tanpa amalan => pohon yang tidak berbuah. Untuk apa pohon disirami tapi tidak menghasilkan buah(?)
o   Dari Rasulullaah => Alqur’an bisa menjadi hujjah baginya (ketika seorang itu mengamalkan) atau sebaliknya (tidak diamalkan) maka Allaah mencelanya.
o   Salah satu dari tiga orang yang pertama kali diadzab ialah orang yang mencari ilmu supaya dikatakan orang berilmu (alim).
o   Orang yang punya ilmu tanpa diamalkan => amat besar murka Allaah. Kalian mengatakan perkara tapi kalian tidak melakukannya.
o   Tidak punya ilmu => musibah <= punya ilmu, tidak diamalkan.
2.       Seorang penuntut ilmu, dia benci mensucikan dirinya, memuji diri sendiri, dan sombong.
o   Ilmunya tinggi => merasa lebih dari yang lain atau paling tinggi dari yang lain => ilmunya tidak bermanfaat.
o   Menge-judge => selain dia jika menyelisiih dia => salah (X)
3.       Semakin bertambahnya tawadhu’nya hamba. Tidak menjadikan dia berbanggga, tapi dia merendah.
4.       Dia lari meninggalkan dari cinta kedudukan/ ketenaran/ cinta dunia.
o   Penuntut ilmu yang sudah lamapun sering terjangkiti hal ini
o   Kedudukan itu tidak hanya pangkat, jabatan, tapi bisa jadi disebut-sebut namanya/ disebut sebagai murid terbaik/ syuhroh.
o   Tau kadar diri => tawadhu’
o   Ibnul Qoyyim => penting untuk tau kadar diri (siapa kita, seberapa besar ilmu kita).
o   Belum pasti yang banyak pengikut itu di atas al haq.
5.       Meninggalkan ucapan (agar disebut) “orang berilmu”, dia tawadhu’, mengatakan bodoh atau jauh dari ilmu.
o   Harus ikhlas. “saya gak tau apa-apa” => biar dikatakan rendah hati. è Perangkap setan itu lembut.
6.       Seorang senang berprasangka buruk pada dirinya.
o   Bukan su’udzon pada yang lain.
o   Tuduhlah diri kita.
o   Berprasangka baik pada manusia.
o   Senang su’udzon pada manusia, dirinya diberi sangkaan yang baik (X)

~to be continued~
7.        
8.        
9.        
Readmore >>

Nasihat Berharga bagi Penuntut Ilmu

Sabtu, 7 September 2013
Di Kariadi
Oleh ustadz Sholihin

Bismillaah

Kali ini saya ingin mengetikkan catatan ta’lim saya. Karena saat ta’lim itu ada nasihat untuk tidak menyembunyikan ilmu :’) Ya Allaah, jadi ngaca, udah berapa ilmu yang saya sembunyikan. Kemaren itu ta’lim di sana dan alhamdulillaah ketemu akhwat Unnes yang cukup banyak =)
Selain khutbatul hajah, ta’lim itu dibuka dengan ucapan ‘Sedikit sekali umat-Ku yang bersyukur’ dan kesyukuran itu bisa dalam bentuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Mungkin seperti biasa dibuat poin-poin aja kali ya, hhe.
Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
# Hendaklah penuntut ilmu berhias dengan akhlak mereka.
# Imam Syafi’i => seseorang tidak akan merasakan kelezatan ilmu sampai merasakan kefakiran, kemiskinan, dan kelaparan.

.:(# Perkara yang perlu Diperhatikan #):.
1.      Mengetahui kedudukan/ keutamaan guru dan cara berakhlak pada guru.
# Guru memiliki kedudukan yang tinggi.
>> Hadits dari Imam Abu Dawud yang dihasankan oleh Syeikh Muqbil, Rasulullaah berkata:”Sesungguhnya saya bagi kalian sekedudukan dengan bapak pada anaknya yang mengajarkanpa pada kalian ilmu.”
>> Kedudukan guru lebih tinggi daripada orang tua karena terkadang orang tua hanya memikirkan perkara dunia, sedangkan pengajar mengingatkan perkara dunia dan akhirat.
>> Wajib bagi seorang murid untuk mempunyai adab terhadap guru.
>> Dari Syeikh Sa’di(dari kitab beliau): wajib bagi murid untuk tunduk, merendahkan diri dihadapan guru dengan puncak adab. Karena seorang pengajar mempunyai hak yang umum dan khusus.
>> Pengajar:
1.      Mengajarkan kebaikan.
2.      Mempersiapkan diri matang-matang demi kebaikan muridnya.
3.      Seperti orang yang berbuat baik pada kita. Tidak ada kebaikan yang paling tinggi, yang paling bermanfaat, kecuali orang yang mengingatkan pada perkara agama. Dan guru memperingatkan ketika kita lalai
4.      Mengajarkan ilmu dan memperhatikan yang terbaik untuk murid.
5.      Dengannya terhasilkan kebaikan, terhindarkkan kejelekan, dan tersebarkan agama.
6.      Jasa seorang ulama => kalo bukan karena ilmu, manusia seperti binatang ternak, seperti dalam kegelapan, dan tidak mempunyai aturan.
>> Ilmu itu cahaya yang bisa dijadikan petunjuk dalam kegelapan…, hati, dan ruh. Agar ruh hidup yakni dengan memiliki keimanan. Dunia => banyak kegelapan.
>> Manusia yang mempunyai kecerdasan tapi tidak beradab terhadap guru maka ilmunya tidak barokah.
>> Syeikh Sa’di: guru telah mencurahkan tenaga, waktu, dan semangatnya. Ia berusaha agar muridnya memiliki derajat yang tinggi. Tidaklah jasa orang tua (dalam pendidikan agama) seperti jasa ulama. Apalagi orang tua yang menelantarkan pendidikan kepada anak. Ulama memberikan ilmu dari yang terkecil hingga terbesar. Ulama mencurahkan waktu emas dan kejernihan pikirannya untuk membimbing muridnya. Guru memiliki kebaikan lebih dibandingkan orang lain. Orang lain memberikan harta/ benda yang manfaatnya hanya sementara, sedangkan guru memberi bimbingan yang manfaatnya tidak terputus, akan ada manfaatnya dengan ilmu yang senantiasa dimanfaatkan.
            .:(# Poin yang perlu Diperhatikan #):.
1.      Duduk bermajelis di hadapan guru dengan keadaan beradab, menampakkan kesungguhan kalo kita butuh ilmu kepadanya, dan senantiasa mendoakan (ketika guru itu ada dihadapan kita atau tidak).
2.      Ketika guru memberikan faidah/ penjelasan-penjelasan dari suatu masalah, jangan sampai menampakkan kalo murid sudah tau, meski sebenarnya murid sudah tau. Jangan memalingkan wajah. Tampakkan perhatian yang serius, karena ketika sang guru tau muridnya memperhatikan dengan saksama maka guru akan membahas lebih dalam. Namun, jika ketauan murid sudah tau, maka sang guru tidak jadi memberi faidah yang banyak pada murid, karena merasa murid sudah tau.
3.      Memuliakan/ menghormati guru sesuai adab syar’i dan lemah lembut.
>> Syeikh Utsaimin => tiga perkara tadi shohih. Akhlak tersebut mulia. Apakah kita sudah mengerjakan amalan tersebut? Demi Allaah saya gak tau, saya sudah beradab pada guru saya atau belum.
4.      Duduklah dengan gaya duduk yang beradab. Engkau tidak memanjangkan kaki di hadapan guru kecuali capek, sebentar saja gpp. Suasananya sunyi, senyap, dan tenang. Saya (Imam Syafi’i) membuka lembaran kertas dengan tenang, sampai-sampai kalo ada burung yang di atas mereka, burung itu tidak terbang. Tenangnya mereka karena fokus dan khusyuk, bukan karena tidur/ mengantuk.
>> Syeikh Utsaimin => jangan engkau berbincang dengan guru seperti berbincang dengan teman, karena ilmu jadi kurang barokah. Seorang murid yang berbicara pada guru seperti biacaranya anak pada bapak, tawadhu’.
5.      Seorang murid tidak boleh mendahului guru dalam ucapan. Tidak beradab ketika di tengah-tengah menyela tanpa izin. Akibatnya ialah dicabutnya barokah.

2.      Qona’ah (merasa cukup dengan dunia)
>> Syeikh Sa’di: ketahuilah, bahwa qona’ah pada pemberian Allaah dan hidup sederhana ialah perkara yang dituntut dari seorang penuntut ilmu. Ilmu adalah perkara yang dicari seumur hidup. Setiap kali seorang hamba tersibukkan dengan perkara duniawiyyah maka semakin kurang dari menuntut ilmu, dan begitu sebaliknya. Sifat asl dunia ialah melalaikan, dan sifat asl ilmu ialah mendekatkan pada Allaah ta’ala, keduanya merupakan sebab yang terbesar untuk membatasi dunia dan mencukupkan pada ilmu.
>> Imam Nawawi(dalam Majmu’ jilid 1 halaman 50): di antara perkara yang musti dimiliki ialah zuhud dengan dunia/ pemberian Allaah yang sedikit.
>> Yahya Ibn Abi Katsir. Yahya At Taimi telah mengkabarkan dari Abdullaah(anak dari Yahya ibn Abi Katsir): Tidak akan diperoleh ilmu dengan tubuh yang santai, merasa enak, dan nyaman. Seorang penuntut ilmu sejati ialah mereka yang mencurahkan waktu untuk menuntutu ilmu dalam keadaan kekurangan dan capek. Kenapa? Beliau (Yahya ibn Abi Katsir) memiliki jadwal kajian, saking padatnya, ketika beliau memancing ikan dan mendapat ikan yang besar, ikan itu ditinggal (tanpa sadar), dan sudah 4 hari lamanya beliau baru ingat, ikan itu sudah membusuk. Dan beliau memakan ikan itu, meski ikan itu sudah basi L subhanallaah.
>> Imam Abdil Bar(dalam Jami’ jilid 1 halaman 384): sesungguhnya warisan ilmu itu lebih baik dari warisan emas dan perak. Dalam hadits nabi disebutkan, nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut maka ia mengambil bagian yang banyak. Ilmu (dalam Jami’) : simpanan yang paling berharga dan lebih baik dari batu permata/ perhiasan berharga. Ilmu tidak diraih oleh orang yang badannya santai. Ilmu orang” sekarang : ilmu orang” dulu => jauh, bak bumi dan langit. Hafalan terkuat orang sekarang mungkin < hafalan terrendah orang terdahulu. (Atsar dhaif, ada Baqiyah…, Hisyam bin Ubaidillah, namun terangkat karena ada atsar sebelumnya).
>> Imam Malik: Sesungguhnya ilmu itu tidak akan didapat, kecuali seorang sudah merasakan rasanya kefakiran dan kesulitan. Apa yang terjadi dengan Imam Robiah? Dia kecil, tumbuh, dan ditinggal jihad ayahnya 30 tahun, ketika pulang bapaknya gak kenal anaknya. Imam Robiah telah menjadi guru Imam Malik. Imam Robiah menjual kayu penyangga atap rumahnya demi mencari ilmu, agar bisa terus mencari ilmu. Sampai-sampai Imam Robiah kekurangan makanan, hingga pernah beliah makan makanan dari tempat sampah, dari anggur kering dan ampas-ampas kurma :’( Imam Robiah hidupnya susah hingga ia meninggal dan kelezatan ilmu fiqh hilang sejak meninggalnya Imam Robiah. *Bandingkan dengan menuntut ilmu kita, fasilitas banyak, tapi kita masih malas* Kondisi beliau faqir, namun yang duduk di adapan beliau (untuk menuntut ilmu) banyak.
>> Imam Syu’bah: Siapa yang mencari ilmu (salah 1 ilmu utama = ilmu hadits) maka bangkrut dunianya. Bangkrut harta, sukses agama. Hendaklah orang yang mendatangi majelis ilmu, menyampaikan pada yang tidak hadir, bantu- membantu dalam menyampaikan faidah.
>> Imam Syafi’I: Ilmu tidak bisa dicari dengan harta, harta bukan jaminan. Mulianya jiwa tidak bisa diraih dengan harta. Orang yang berhasl mencari ilmu dengan penuh kerendahan (kekurangan makan, dll). Keberhasilannya ketika memuliakan ilmu meski hidupnya susah. Namun yang lebih parah ialah kondisinya susah namun gak menuntut ilmu.
>> Abu Hurairah. Dari Imam Bukhori dan Imam Muslim, manusia mengatakan: abu Hurairah punya riwayat banyak, beliau berkata, “Seandainya bukan karena 2 riwayat qur’an, saya gak menceritakan…” (1) Ancaman bagi orang yang menyembunyikan qur’an/ ilmu (2) ancaman bagi orang yang menyembunyikan apa yang kami turunkan. Saudara-saudara kami Muhajirin sibuk dengan perdanganan dan Anshor sibuk dengan berladang, sedangkan abu hurairah memilih bermulazamah, duduk bersama Rasulullaah, meski perutnya lapar, hingga dia unggul dalam periwayatan hadits. Beliau pernah mau pingsan karena rasa lapar yang melilit perutnya dan pernah juga menganjal perutnya dengan batu. Nah, seberapa besar semangat kita?? Hidayat dari Allaah tidak diraih kecuali dengan bimbingan. Jika kita bersungguh-sungguh pasti kita mendapat petunjuk.
>> Imam Abdil Bar(dalam hadits tadi terdapat ilmu fiqh):
1.      Menuntut ilmu harus duduk dihadapan ulama (mulazamah). Kalo sendiri maka tersesat. Perlu rihlah untuk mencari ilmu.
2.      Ridho/ merasa cukup dengan kehidupan yang sedikit, yang penting bisa menuntut ilmu. Kehidupan yang sedikit sekedar bisa menegakkan tulang punggung.
3.      Mendahulukan ilmu daripada kesibukkan dunia. Kehidupan mereka seadanya, susah di bayangkan dengan akal. Ilmu mereka luar biasa. Penuntut ilmu => bersabarlah atas hidup yang susah dan merasa cukup.
>> Imam Ibnu Mubarok: di akhir buat dari ilmu =>  lezat. Sabar, awalnya berat, namun akibanya lebih manis dari madu.






Readmore >>

BEKAL-BEKAL UNTUK MENUNTUT ILMU [2-end]

ð  Kajian Selasa, 13 November 2012 di Majelis Al Barokah, Semarang (Yang sebelumnya hari Senin, 12 November 2012)
1.       Bagusnya hati
·         Menata dan memperbaiki hati.
·         Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh, bagus hatinya => maka benar-benar akan Kami beri petunjuk/ jalan Kami(jalan yang menghantarkan pada Surga).
·         Hati kita itu untuk menampung ilmu. Maka seandainya tempat itu sholeh maka hati tersebut akan bisa menyimpan dengan baik dan mudah menghafal. Namun jika tempat tersebut fasiq/ dipenuhi dosa/ maksiat maka tempat tersebut akan menyia-nyiakan isinya. Ibnul Qoyyim => hati manusia apabila sering maksiat maka kebaikan susah masuk. Ilmu tidak bisa memasukinya. Seperti kalo botol diisi air, jika tempat itu rusak maka tempat tersebut menyia-nyiakan apa yang ada di dalamnya.
·         Hati kita sebagai pondasi/ pemimpin/ pokok dari segala sesuatu/ pemimpin. Ingatlah jasad manusia terdapat mutghoh, apabila segumpal darah itu bagus maka akan bagus pula seluruh anggotanya. Akan tetapi sebaliknya, segumpal darah itu dipenuhi dosa, akan rusak anggota tubuhnya. => perbaiki hati dengan ilmu, mengenal nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, memikirkan-Nya, merenungkan ciptaan-Nya, Allah menjaga langit dan bumi.
·         Ayat kauniyah è ciptaan Allah, siang malam è tanda kebesaran-Nya.
·         Ayat syar’iyah è terkandung di Al qur’an.
·         Untuk memperbaiki diri yakni dengan sholat wajib dan sholat sunnah (sholat malam, dll).
·         Seseorang menjauhi perkara yang merusak hati.
·         Penyakit hati bila bersarang di hati, maka sesungguhnya hati tersebut tidak bisa menampung ilmu. Jikapun bisa menampung ilmu maka tidak bisa faham dengan baik.
·         Atau malah menggunakan ilmu untuk melanggar syariat Allah. Munafik, sakit hati, mereka punya hati tapi hatinya tidak bisa memahami ilmu.
·         Penyakit hati ada 2 yakni syahwat dan syubhat.
·         Syahwat yakni dorongan hawa nafsu, cinta dunia dan kelezatan dunia, serta tersibukkan perkara dunia. Syahwat è menyenangi gambar-gambar yang dilarang, senang mendengar suara-suara/ nyanyian syaithon, musik (haram <== terompet setan), sutra, lalai dari al qur’an dan mengkaji ilmu Allah, suka melihat perkara haram.
·         Seharunya penuntut ilmu menyiapkan tempat yang baik, siapkan dengan bersih.
·         Imam syafi’i mengadukan jeleknya hafalannya kepada Waqi’. Ilmu itu cahaya, jangan kau padamkan dengan maksiat! Ilmu agama tidak sama dengan ilmu dunia yakni untuk mendapatkannya memerlukan adab.
·         Syubhat yakni kerancuan berpikir/ pemikiran menyimpang, keyakinan rusak. Waspada dari syubhat dan syahwat karena keduanya ialah senjata setan. Amalah yang diada-adakan itu dosa.
·         Hukum asal ibadah ialah terlarang, kecuali ada yang menghalalkan. Hukum asal dunia ialah boleh, kecuali ada dalil yang melarang.
·         Barangsiapa yang beramal dengan amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah maka tertolak. Perkara syubhat è menyandarkan pemikiran bid’ah.
·         Safasush sholih ialah sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in.
·         Hasad ialah tidak suka bila saudaranya mendapat kenikmatan dan dia berusaha menghilangkan nikmat itu.
·         Dengam dan sombong tidak boleh. Sombog itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia.
·         Ambillah kebenaran.
·         Banyak tidur è berusaha diatur. Jangan banyak tidur!
·         Banyak bicara yang tidak ada faidahnya è tidak boleh. Bicara seputar ilmu, bukan ghibah, atau namimah.
·         Menggelincirkan ke neraka itu lisan dan kemaluan.
·         Banyak makan è ilmu tidak akan teraih dengan badan yang santai dan kenyang.
·         Banyak makan è banyak minum è banyak tidur è tidak belajar.
·         Bentuk perbaikan hati yakni dengan menjauhi penyakit itu.

2.       Kecerdasan
·         Kecerdasan ada 2 yakni kecerdasan yang ditakdirkan atau tabiat dan kecerdasan yang diusahakan/ diasah dengan berlatih. Untuk yang pertama dengan kuatnya ilmu dan yang kedua yakni dengan kecerdasan yang biasa-biasa saja namun membiasakan jiwa/ nafsu sampai terbiasa sehingga bisa cerdas.
·         Kecerdasan digunakan untuk bisa membedakan masalah dan mengumpulkan dalil.

3.        Semangat, jangan lemah, jangan putus asa.
·         Bersemangatlah terhadap perkara yang bermanfaat untukmu! Mohonlah pertolongan dan jangan merasa lemah! Susah itu sudah biasa.
·         Sesungguhnya Allah bersama orang bertaqwa dan berbuat baik.
·         Dengan mengetahui urgensi perkara maka semangat untuk meraihnya.
·         Tau ilmu agama  <== selamat ke Surga Allah.
·         Ilmu adalah perkara yang paling agung. 1 ilmu dengan sunia seisinya itu tidak sebanding.
·         Orang terdahulu rela berjalan, naik onta ataupun kuda berbulan-bulan atau menjual atap rumah untuk memperoleh 1 hadits, karena manisnya ilmu.
·         Maka wajib bagi penuntut ilmu untuk menghafal yakni dihafalkan dan dipahami.
·         Semangat duduk bersama orang berlimu dan mengambil ilmu mereka.
·         Semangat banyak membaca kita ulama, karena jutaan judulnya. Untuk bisa membaca kita ulama maka belajar bahasa Arab.
·         Dan hendaklah penuntut ilmu menyibukkan umurnya dan waktunya untuk ilmu bukan perkara sia-sia.
·         Penuntut ilmu hendaknya memiliki sifat bakhil terhadap waktu yakni jangan membiarkan waktu berlalu begitu saja.

4.       Seorang penuntut ilmu hendaknya memiliki tekad, kesungguhan, dan juga sabar yang terus menerus.
·         Dan hendaklah menjauhi malas dan lemas. Dan bersungguh-sungguh mengekang jiwanya melawan syaithon. Karna sifat dasar manusia ialah mengajak ke kejelekan.
·         Maka jiwa manusia dan syaithon menjadikan berat menuntut ilmu.
·         Sebab-sebab yang bisa menjadikan semangat è membaca biografi ulama, sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in yang sarat dengan cahaya, membaca tentang kesabaran mereka, gigih memikul beban kehidupan, rihlah dalam mencari ilmu, penuh perjuangan.

5.       Menyiapkan bekal.
·         Menyiapkan fisik (kesehatan) dan materi (biaya).
·         Mencurahkan puncak kemampuan sampai dia mencapai apa yang dia inginkan. Menghafal, memahami, membentuk qoidah.

6.       Bukan dengan otodidak tapi mengikuti guru.
·         Ilmu itu diambil dari lisan-lisan ulama, duduk dihadapan ulama, mengucapkan lafadz hadits,...
·         Tidak ada kekeliruan dan tidak ada kesalahan dalam memberi harokat.
·         Tidak hanya ilmu, tapi juga mengambil adabnya dan akhlaknya, sifat kehati-hatian dalam menghadapi kehidupan.
·         Belajar dengan kita bisa salah paham, banyak salah, sedikit benar.
·         Dan tidaklah seorang laki-laki dengan ilmu kecuali dengan ulama è terbimbing dan terdidik.

7.       Belajar dalam waktu yang lama dan sabar
·         Imam ahmad è belajar sampa mati.
·         Sahabat belajar >= 15 tahun.
·         Maka seorang penuntut ilmu jangan menyangka menuntut ilmunya sempurna daam waktu sehari-dua hari, setahun-dua tahun. Butuh kesabaran bertahun-tahun. Rutinkan! Amalkan! Penuh kebaikan.
·         Qodhi ‘Iyadh è sampai kapan seseorang menuntut ilmu? <== sampai mati. Tinta itu dikuburkannay (perumpamaan).
·         Imam Ahmad è saya duduk membahas tentang haid 9 tahun (1 bab).
·         10 tahun atau 20 tahun è sebagian ualama senantiasa dia duduk dihadapan gurunya sampai Allah mewafatkannya.

Bekal yang sepantasnya untuk memperhatikan terhadap pondasi-pondasi tadi agar berhasil ilmunya. 
Readmore >>