Bismillaah
Setelah
mereka mengerjakan tugas mendata bangunan, peristiwa, orang, dan kuliner serta
sudah laporan pada mas Jefri, kami menuju Gor Manahan. Di jalan itu kami
menanyai ibu-ibu penjaja makanan. Karena kami tidak mengetahui jalan, maka kami
bertanya pada orang di sekitar sana, namun qodarullaah kami kek diputer-puter
gitu, huhuhu. Kami menyusuri jejalanan lagi serta menjalankan tugas yang
diberikan dan alhamdulillaah kami bertemu mas jefri. Setelah bertemu mas Jefri,
kami sholat Dhuhur bersama di Masjid Al Amin. Setelah sholat kami makan siang. Namun qodarullaah,
dik Fety menangis karena gatelnya semakin parah dan melebar. Kami kebingungan
dengan situasi yang ada. Mbak Yulia dan mbak Linda memberi Salep, namun ia
belum jua menangis. Ya iyalah, rasanya panas dan gatel serta daerah lukanya
membesar, kasihan sekali dia, penulis tak tega dengannya. Kemudian penulis
mengusulkan untuk membawa ke dokter. Dibawalah ia ke dokter anak, namun terus
gimana gitu trus dik Fety dibawa pulang. Dia terkena jamur. Dan kami melanjutkan perjalanan. Sedih
juga sih, satu pasukan berkurang, yang tersisa ialah mas Jefri, penulis, Yulia,
dan 4 anak lainnya.
Setelah
dari masjid itu, kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Balapan. Menuju Stasiun
Balapan kami bertemu dengan pemulung yang berpenghasilan Rp 40.000,00- Rp
5.000,00 per hari. Setelah itu kami menemukan Pasar Nongko, masuklah kami ke
pasar itu. Di pasar itu kami menanyai ibu-ibu penjual tabungan(celengan) dan
lainnya. Keluar pasar, kami menemukan penjual-penjual tanaman, masuklah kami
melihat-lihat bunga itu. Si Abhi berhasil membawa kaktus kecil. Setelah kami
melihat-lihat bunga atau tanaman di sepanjang jalan itu, alhamdulillaah kami
sampai di Stasiun Balapan Solo. Di stasiun itu kami bertemu pada mas-mas
arsitek UNS 2009, beliau sedang men-sketsa gambar Stasiun Balapan. Ketika bertemu
dengan masnya, kami melihat-lihat hasil karyanya (ternyata banyak juga sketsa karyanya)
dan ngobrol dengan beliau juga yang ternyata adik tingkat mas Jefri di UNS. Setelah
berbincang dengan mas arsitek, namanya mas Galih, kami memasuki stasiun itu. Kemudian
keluar dan melanjutkan perjalanan ke UNS. Kami tidak ke Monumen Banjarsari,
karna saat di masjid tadi kami beristirahat cukup lama. Selanjutnya ialah ke
UNS.

Perjalanan
ke UNS itu kami bertemu dengan bapak-bapak penjual alat rumah tangga yang
berjalan dari jam 7 hingga malam hari dengan mendorong grobak. masyaAllaah
sekali bapaknya. Kami bertemu dengan beliau paska sholat Ashar di masjid. Setelah
itu kami melanjutkan perjalanan lagi. Kami berhenti di depan SMA N 2 Solo, yang
ternyata bersebelahan dengan SMA N 1 Solo dan kami membeli minuman di sana. Di depan
SMA N 1 Solo adiknya menanyai salah satu mbak yang bersekolah di sana. Adiknya bertanya
nama, alamat, dan enak tidak sekolah di SMA N 1 Solo. Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan dan bertemulah kami dengan jembatan yang di bawahnya
dilalui kereta api. Kami menunggu sesaat untuk bisa melihat kereta api yang
sedang berjalan dan merasakan berapa di atasnya. Beberapa menit setelah di
sana, kami melihat kereta api melaju. masyaAllaah sekali, mendengar deru kereta
api dan melihat gerbong-gerbong itu berjalan. Setelah itu, lanjut lagi, kami
mampir di masjid untuk sholat Maghrib di masjid dekat UNS. Kami sholat di sana
kemudian berjalan hingga sampailah kami di NH. Wah, sedih harus berpisah dengan
mereka, namun ya bagaimana lagi. Penulis berpamitan dengan mereka dan
melanjutkan pulang ke Wonogiri.
Yang
penulis rasanya ialah rasa salut pada adik-adik SABS, karena mereka tidak
mengeluh dan tidak menyusahkan selama perjalanan. Selain itu, penulis terkesima dengan mereka
yang sejak kecil sudah diajari untuk bereksplorasi dengan alam/ lingkungan
sekitar.
Dan
ini ada tulisan lain yang penulis tulis dari jalan-jalan bersama mereka:
Pergilah ke mana pun kau kan pergi
Namun tetaplah ingat bahwa kau pun perlu kembali ke rumah asalmu
Raihlah hal yang tertinggi, namun ingatlah bahwa kau perlu berbagi
Karna setiap rizki yang tlah diberikan Allaah, ada rizki orang lain di sana
(tak mutlak untuk kita)
Apatah yang tlah kau bagi?
Kehidupan ini tak berlangsung lama
Apa guna kau nanti esok jika sekarang pun bisa
Apa guna gelarmu mahasiswa
Jika untuk masyarakat saja kau tiada
"Carilah peluang di celah kebutuhan masyarakat itu", itu kata guru
Jadilah membumi
Yang bisa menyentuh pelosok negri
Bukan sekedar retorika tak berarti
Jadilah menepi
Ke pinggiran kehidupan
Agar kau tau luka mereka
Mengolah empati dan rasa
#rintihanMalam
Dari
teman" SABS kemaren kita belajar kepekaan sosial. Ketika mengetahui
peristiwa unik, kita diminta mendokumentasikan hal itu. Contohnya ialah warga
yang pindah rumah dan barang"nya diangkut dengan becak.
Dokumentasi
lewat foto dan tulisan. Sejak kecil mereka tlah dididik untuk peka pada sosial.
Agar mereka tergerak tuk bertindak.
Selain
peristiwa, kita juga diminta mendokumentasikan profil orang dan bangunan.
MasyaAllah sekali, salah satunya kita menemukan bapak" penjual peralatan
rumah tangga dengan grobak dorong yang berjalan dari jam 7 pagi hingga malam.
Bangunan yang didokumentasikan
salah satunya ialah pasar. Selain mereka mendokumentasikannya, mereka juga
bertanya" pada penjual di pasar itu. Salah satunya mbah" penjual
celengan (tabungan).
Oya,
selain itu mereka diminta untuk mendata kuliner.
["Pergi
dari Sini ke Sana" Selama 7 Jam Cah Bocah]
Jadilah
layaknya cahbocah itu, mereka "Pergi dari Sini ke Sana" tak banyak
pikir dan takut.
Padahal mereka
hanya anak kecil. Di jalan banyak mobil, motor, mereka melewati ril kereta api,
mungkin bisa bertemu orang gila, preman, atau orang lain bisa menjahati mereka.
Namun, apakah
mereka berpikir dan takut akan hal itu? Mereka berani. Mereka berani
"Pergi dari Sini ke Sana". Mereka pun menyelesaikan tugas dengan
perlahan. Mereka menjalankannya dengan tingkah polos dan lucu mereka. Rekaman
peristiwa-peristiwa buruk belum menyapa mereka. Lupakan peristiwa-peristiwa
buruk itu. Mereka tak berhak menghambat langkahmu untuk "Pergi dari Sini
ke Sana".
Mereka pun
melangkahkan kaki yang pertama untuk bisa "Pergi dari Sini ke Sana"
selama 7 jam!
Langkahkan
kakimu. Jangan usik takutmu. Biarlah ia dalam tenang dan kau pun tak terganggu.
Tersenyumlah pada kenyataan dan jalani. Ayunkan langkah pertama.
Semangat!
Mungkin ini ya perbedaan anak yang sangat diprotect dan SO
(Study Oriented) dengan anak yang
dibebaskan bereksplorasi (namun bisa mengendalikan diri).
Anak yang diprotect
dan SO akan didominasi ketakutan karena biasa dilindungi dan kurang dikenalkan
dunia luar.
Anak yang
dibebaskan bereksplorasi (namun bisa mengendalikan diri) akan bisa cepat
berkembang karena mereka dibiasakan mencoba hal-hal baru dan tidak takut untuk
mengeksplor dirinya (dengan yang ada di sekitarnya).
Masih tentang Sekolah Alam Bengawan Solo
#imo
#hikmahSABS
|
Masdhiana Sukmawarni | Informatika Undip 2011 |