Senin, 5 Mei
2014
Pagi
itu kami sarapan di Masjid Untirta. Setelah
itu kami ke kampus FT Untirta yang
berada di cilegon. Di sana ada seminar, dengan dua materi, yakni
mengenai Grand Design Pembangunan
Kepemudaan dari Kemenpora dan Ekonomi Kerakyatan dari Walikota Cilegon.
Nah,
jam 4an kita menyebrangi laut untuk ke
Pulau Panjang. Jam 5an-6an kami berjalan dari dermaga menuju rumah warga, namun karena masih setengah perjalanan
maka kami sholat terlebih dahulu, dilanjutkan perjalanan lagi dan sekitar
jam 7 kami sampai di rumah warga.
Qodarullaah,
ternyata yang rumah warga untuk putri
dicancel, jadinya panitia harus mencari
lagi tempat penginapan. Alhamdulillaah sekitar jam 9 kami menuju ke penginapan.
Sebelum tidur kami sempat ngobrol dengan
ibu yang menempati rumah itu. Dan selanjutnya saya sharing dengan Okthina
SIM UNS. Awalnya lebay juga sih jadi
anak pantai, haha.
Selasa, 6 Mei
2014
Pagi
hari kami sholat Subuh. Setelah itu kami mencari
rumah lain untuk mandi, karena persediaan air di rumah sang ibu terbatas. Alhamdulillaah
ada ibu-ibu yang berbaik hati mengantarkan kami ke rumah warga yang lain, meski
sedikit ekstrem tempatnya, namun kami tetap mandi di sana. Oya airnya air asin, jadi kalo badannya ada
yang lecet jadinya nanti perih. Jam 7an kelar. Jam 8 sampai jam 12an kami
diplotting menjadi tiga divisi,
yakni pendidikan, lingkungan, dan social.
Pendidikan bergerak di dua SD, lingkungan bergerak di penanaman mangrove, dan social bergerak
di pembuatan Taman Baca Masyarakat (TBM).
Karena
saya suka dan terbiasa di pendidikan, saya masuk ke divisi pendidikan. Awalnya kami
membicarakan mengenai apa yang akan diangkat dari kegiatan kita. Disepakati bersama
bahwa yang akan diangkat ialah Pengembangan
Softskill. Kami mencoba meng-arrange
jadwal “materi”(softskill) yang akan diberikan. Disepakati bersama
materinya ialah perkenalan, mimpi,
pendidikan karakter, kesehatan, dan kesenian. Setelah itu kami plotting bidang kesenian. Rencananya
kesenian yang ingin digarap ialah drama,
puisi, menyanyi, menari, membaca al qur’an, dan hasta karya.
Setelah
itu kami berpisah menjadi dua tim,
untuk persiapan mengajar SDN Pulo
Panjang dan SD Kebalen. Untuk SDN Pulo Panjang, kami membuat PJ-PJ (Penanggung
Jawab), yakni ada PJ komunikasi ke guru,
PJ jarkom, dan PJ perkap. Kami sudah mendata keperluan yang kami butuhkan
dan kemudian dikomunikasikan ke panitia.
Setelah
itu siang harinya kami ke balakang SD
untuk melihat mangrove. Dan sore harinya kami ke dermaga dan melihat
pemandangan laut serta bermain di sana. Namun kami tergugah pada seorang bapak yang sedang membersihkan bamboo.
Di sana kami menanyai bapak itu. Empati kami
tergerak untuk menolongnya. Beliau bekerja serabutan, menjadi nelayan,
menggembala kambing, menjual rumput laut, menjual ikan, atau menjual kelapa. Kelapanya
dijual 1000/ buah. Anak beliau bersekolah di luar Pulau Panjang hingga SMA (menunjukkan
semangat sekolah yang tinggi). Sang anak diberi jatah 150k/ bulan. Dan kami
tergerak untuk membantu, salah satunya
dengan memberikan CPnya(x), agar anak beliau menghubunginya(x), karena ia(x)
bisa kuliah gratis (mendapatkan beasiswa bidik misi).
Pada
malam harinya ada ramah tamah dengan
warga serta ada evaluasi keberjalanan kegiatan. Dan kami diberitahu
mengenai adat-adat masyarakat, yakni
sudah ada penanaman nilai bermoral dan
beragama sejak kecil dan lebih dari jam 9 warga sudah tidur. Setelah itu
kami kembali ke penginapan untuk tidur.
Pada
kisah ini hikmah yang bisa diambil ialah mengenai mengolah rasa, bagaimana kita
apalagi seorang mahasiswa bisa memberikan solusi untuk masyarakat. Contohnya saja
kisah adik di atas, bagaimana ia bersedia dihubungi ketika sang bapak
membutuhkan guna anak beliau melanjutkan studinya.