AIRMATA DI PENGHUJUNG PERPISAHAN
Jam 7 kurang 10 menit, kelas IXB sudah ramai berlalu lalang manusia-manusia penghuninya.
“Sya, kamu mau ikut liqo gak?” tanya Salsa pada sahabat sekliknya yang sedang duduk asyik membaca buku Islam.
“Asysya berhenti membaca. Posisi yang sebelumnya duduk terpaku pada buku, ia alihkan pada sesosok wajah berparas ayu, Salsa namanya -berperawakan tinggi, putih, dan bergelombang rambutnya- yang sedang berdiri di sampingnya.
“Apa kamu bilang li..liqo, liqo apaan seeh?” tanya Asysya penuh selidik.
“Ya, kayak kajian gitu.” jawab Salsa.
Salsa bertanya seperti ini pada Asysya karena menurutnya Asysya teman yang mudah diajak mengikuti kegiatan seperti ini. Di rumah Asysya juga masih ikut TPA. Dan sepertinya punya ghiroh(semangat) untuk menuntut ilmu agama.
“Sa, nanti liqonya ma syapa?” tanya Asysya seperti mengganti huruf i menjadi y pada kata terakhir.
“INSYAALLAH ma aku, Yaya, dan Lune Cahaya.” jawab Salsa.
“Mereka dah tau?” Asysya menimpuk lagi.
“Belum. Lo Yaya nanti ku kasih tau. Lune, istirahat kedua kita ke kelasnya ya. Istirahat pertama biasanya kamu makan.” jawab Salsa
“Ya. Dikondisikan.” sambut Asysya mantab.
Jam 7. Theeeethhhhhhhh..theeeeeetthhhhhhhh..theethhhhh..Bel masuk berbunyi.
--***--
Bel istirahat pertama berbunyi.
“Sya, kamu makan kan?” tanya Ana, teman sebangku Asysya yang familiar dengan
kegeniusannya dan ketomboyannya itu. Doski merupakan salah satu fans berat Kaka AC Milan. Cewek yang berambut ala Bucile itu tiap pekan beli majalah Soccer.
“Ya,yuk” jawab Asysya.
Pertanyaan yang sama pun terlontar dari mulut Yaya, Ratu Cerewet seklik DREAMS(nama klik mereka, nama itu diambil dari nama-nama mereka, anggotannya berjumlah 6 cewek).
“Ya.” jawab Asysya singkat.
Mereka bertiga makan ke kantin luar sekolah, Kantin Biru, mereka menyebut seperti itu. Setelah selesai, mereka kembali ke kelas.
--***--
Istirahat kedua.
“Sya, yuk bilang ke Lune.” kata Salsa.
“Ayuk.” Asysya menyambut ajakan Salsa dengan berdiri.
Kemudian mereka berjalan bersama ke kelas IXC.
“Sa, emang liqonya nanti yang ngisi siapa?”
“Mbak Inti, tetanggaku.”
“Mbak Inti,… Oooo…” Asysya mengulangi sambil beroo.
Di depan IXB gak ada cowok-cowok yang lagi duduk-duduk ngobrol. Dan di depan IX C hanya ada beberapa cowok yang duduk di sana.
“Lun, kamu mau ikut liqo nggak?” tanya Salsa sambil menyeruak masuk setelah melihat wajah Lune Cahaya.
“Liqo? Kajian maksudnya? Kapan? Di mana?” tanya Lune tanpa cas-cis-cus seperti Salsa bertanya tanpa bla-bla-bla.
“Ditanya ganti nanya.” serobot Asysya.
“Eee..ya..aku jawab deeh. Aku liat sikonnya dulu. Trus harinya hari apa dan di mana?
“Kalo Kamis gimana?” tanya Salsa sambil memandang Asysya kemudian Lune.
Asysya dan Lune manggut-manggut.
“Terus tempatnya, gimana lo di masjid dekat warnet Eriya itu?” Salsa
“Iya deeh, setuju.” kata Asysya
“Aku juga setuju, aku usahakan.” sahut Lune
“Ya udah deeh aku ma Salsa ke kelas dulu. Bener ya Kamis?” tanya Asysya memastikan.
“Ya.” jawab lune.
“Daa neek.” tutup Asysya sambil mengatakan salam perpisahan ala doski.
“Daa.” sambung Lune Cahaya
“Sa, Yaya gimana?” tanya Asysya.
“Aku kondisikan deeh, tadi aku dah cerita-cerita ma doski tentang liqo dan
bisanya Kamis.” kata Salsa
--***--
Kamis, hari yang ditunggu-tunggu Asysya tiba.
Pulang sekolah mereka berempat(Asysya, Salsa, Yaya, dan Lune) berkumpul di
depan kelas IXB.
“Ayo.” pinta Asysya tak sabar.
Mereka berempat berjalan menuruni tangga, melewati kantor guru, melewati masjid sekolah yang sering dikunci, melewati warung, pendopo kecamatan Sidoharjo,
warnet Eriya, mendaki gunung, lewati lembah(hiks hiks..hiks yang 2 koma sebelumna kayak lagu ya??? Next..) dan sampailah mereka di depan bangunan yang sepertinya lebih tepat disebut mushola, tapi may be udah diresmikan namanya menjadi masjid yaitu masjid An-nur. Yang di sebelah timurnya bisa digunakan untuk liqo.
. Dari kejauhan ada seorang wanita hamil yang nampaknya sudah menunggu sejak tadi, wanita itu memakai gamis warna coklat dengan jilbab warna senada plus kaos kaki dan yang pasti sandal. Beliau tiba kemudian menyalami dan cipika- cipiki mereka satu per satu serta menanyai nama mereka.
“Oooohh, indahnya Islam jika semuanya seperti ini.” batin Asysya.
Mereka masuk, sholat Dhuhur, kemudian liqo.
Liqo pertama. Kamis, 27 September 2007.
“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.” mbak Inti membuka liqo. Bla…bla…bla…
--Akhirnya sampailah pada sesi tanya jawab--
“Apakah ada pertanyaan?” mbak Inti memulai sesi tanya jawab.
Satu pertanyaan terlontar dari Asysya dan berhasil dijawab mbak Inti. Dan satu lagi pertanyaan dari Yaya. Juga berhasil dijawab oleh mbak Inti. Karena Asysya dan Yaya bertanya, mereka berdua mendapatkan bingkisan berupa kaos kaki putih.
Liqo ditutup.
“Marilah liqo kita pada kali ini kita tutup dengan bacaan istighfar, hamdalah, dan doa kafaratul majlis.” tutup mbak Inti.
Tak ketinggalan pula satu persatu berjabat tangan, mengucap salam, dan cipika-cipiki.
--***--
Sore harinya Asysya SMS mbak Inti, tanya tentang agama. SMS Asysya dibalas, dibalas pake kata sayang.
“Ooooh, so sweetttt, mbak Inti manggil aku(orang yang baru dikenalnya) dengan panggilan sayang, penyayang sekaliii.” batinnya dalam hati setelah mendapat balasan dari mbak Inti
Kini ia ingin memanggil mbak Inti dengan sebutan MBAK SAYANG. Setelah diceritakan ke
Salsa lewat HP, ternyata Salsa juga dipanggil pake sayang, ya tercetuslah nama MBAK SAYANG dalam memory Asysya.
--***--
Jumat, 28 September 2007
Pulang sekolah Asysya menghampiri Ayu di kelas IXA.
“Yu, kamu ke PMI khan?”
“Iya dunk.” jawab Ayu, sohib Asysya sesama anggota PRAMANDA(Palang Merah Remaja
Ndarjo 1), cewek beralis tebal dan berjilbab ini adalah teman setia Asysya ke PMI.
“Dah makan Sya? tanya Ayu sambil membenarkan letak tas di pundaknya.
“Belum, yuk makan di kantin mbah Sinah.” ajak Ayu.
“Yuk.”
Mereka berjalan beriringan menuju kantin mbah Sinah..
“Sya, kamu sholat gag?” tanya Ayu.
“Eghhh,,… lagi neeh.”
“Ooooo.. kita bareng ya, aku juga. Sya, masih 2 jam waktu kosong. Kamu mau ke mana?” tanya Ayu lagi.
“Di sini aja yaah, qta ngobrol-ngobrol.”
“Oche.” sambut Asysya.
Mereka menoleh ke kanan dan ke kiri mewaspadai kalau-kalau ada sepeda, mobil, atau kendaraan lain.
“Kosong.” batin Asysya.
“Ayuk.” ajaknya agak lirih.
Mereka sampai ke seberang. Asysya tak langsung memesan makanan, ia melihat-lihat majalah yang terpampang di samping kantin itu. Ayu pun mengikuti. Setelah beberapa saat mereka baru memesan makanan. Mereka memesan nasi oseng-oseng dan es teh. Mereka pun makan sambil ngobrol.
“Sya, kamu dengar kabar gak lo anak-anak kelas 7 ma kelas 8 lagi musuhan. Katanya kelas 7 tu kurang sreg ma kelas 8 gitu.”
“PMR?” Asysya memastikan.
“Yup.” kata Ayu sambil mengatupkan bibir atas dan bawahnya.
“Belum tau Yu’, emang ceritanya gimana seeh?”
“Katanya seeh bla..bla..bla..” Ayu bercerita dengan panjang lebar(luas),sejelas-jelasnya, dan sedetail-detailnya.
Satu tiga perempat jam berlalu.
“Sya berangkat yuk.”
“Yuk.”
Mereka berjalan menuju tempat pemberhentian bus. Tak lama kemudian bus pun menghampiri mereka. Mereka duduk di kursi nomor 3 dari depan yang cukup untuk 2 orang. Di dalam bus mereka ngobrol-ngobrol(biasa cewek banyak ngomongnya). Tentang guru mereka, ortu, cinta, cowok(dua dari belakang ini yang banyak diceritain)., dsb.
Satu jam berlalu di dalam bus. Mereka sampai di depan RSUD Wonogiri, mereka turun, menyeberangi jalan, kemudian ke PMI. Mereka berdua masuk PMI, baru ada sedikit orang.
Dari sedikit orang itu bertambah dan bertambah.
Kegiatan pertemuan dibuka oleh seorang cowok, ia biasa disebut lotho/kodok, dan entah darimana asal nama itu.
Satu kalimat yang masih terngiang-ngiang dalam memory Asysya, pasti pembukaannya pake Selamat datang wajah-wajah baru dan wajah-wajah…lama…
“Ukhhh…monoton.” batinnya.
Kegiatan selanjutnya diisi oleh pak Tarjo(dedengkotnya PMI), seorang pak kumis(ada kumisnya) yang berisi_maksudnya gendut_ dan cukup lucu.
Dua jam berlalu, acara diisi dengan materi PP(Pertolongan Pertama). Jam 4. pertemuan diakhiri dengan berdoa.
Asysya ingin ke swalayan Roland.ada keperluan.
“Yu’, aku da keperluan ke Roland neeh kamu mau nemenin khan?”
“Dengan senang hati teman.” jawab Ayu sambil mengulum senyumnya.
Sampai di Roland Asysya mencari barang keperluannya, kemudian keluar.
“Yu’, ayo lewat jalan yang laen, biar tambah tau dan tambah pengalaman, qta gak usah lewat jalan yang biaza, khan gak seru.” pinta Asysya.
“Ayo, capa takyut.” sambut Ayu sambil membuka lebar-lebar kedua mata bulatnya.
Mereka melangkah, dari Roland ke kiri masuk melewati suatu gang.
“Yu, ada toko buku, mampir yuk.”
“Mana?”
“Itu..tu.” kata Asysya sambil menunjuk toko dengan plakat nama AZZAHRO.
“Iya.” kata Ayu sambil melihat tangan Asysya menunjuk.
“Ya udah, mampir dulu, aku juga pengen tu liat-liat.” Tambah Ayu.
Mereka mampir ke toko buku itu. Toko yang lebih tepat disebut kios itu hanya berukuran kecil, dijaga oleh seorang ABG(Anak Berjilbab Gedhe, bukan anak denk tapi mbak-mbak=>mbak jilbaber) . Mengetahui kedatangan mereka, mbak jilbaber itu mempersilakan Asysya dan Ayu melihat-lihat.
“Ayo dhe’ masuk, silakan kalo mau liat-liat.” mbak jilbaber membuka percakapan.
“Ya mbak.” jawab mereka kompak.
“Yu, aku pengen itu deeh, tapi aku gak bawa uang segitu. Kapan-kapan deeh ke sini
lagi.” kata Asysya sambil mengeluarkan wajah melasnya. ^-^
“Sya, kamu bener-bener pengen itu?”
Asysya mengangguk.
“Pake uang kas PMR dulu gimana?” kata Ayu memberi solusi.
“Gak papa neeh?”
“Iya, gak papa, gak mama juga boleh, asal dikembaliin!” kata Ayu seperti meledek.
“Iya, tenang za.”
“Neeh bayar geeh.” kata Ayu.
“Terima kasih temanku. Kamu baek deeh.” senyum Asysya mengembang.
“Lo ada maunya aza.”
“Hiks-hiks-hiks.” senyum Asysya tak meyakinkan..
Transaksi jual beli pun terjadi antara Asysya dan mbak jilbaber. Harga yang
terpampang di depan cover tak bisa terelakkan oleh Asysya, Rp 12.500,00. setelah Asysya meroggoh kocek dan membayarnya, diapun lantas mengakhiri.
“Assalamu’alaikum.” Asysya mengakhiri.
“Wa’alaikumussalam.”
“Yu’, makasih beud ya. InsyaAllah aku sahur secepatnya.”
“Ya. Aku boleh liat?”
“Ya boleh lah,neeh!” kata Asysya sambil menyerahkan buku berukuran kecil berwarna biru muda kepada Ayu.
“Afifah Afra-pengarangnya-, judulnya-Datang, Serang, Menang-.” batin Ayu.
--***--
Sabtu, 29 September 2007. Malam hari.
Assalamu’alaikum..
Hadiri bedah buku dengan pembicara Afifah Afra Amatullah(penulis buku).
Di jatisrono.
Besok, ahad 30 september 2007.
Kumpul di Sidoharjo, toko Pak Be
Jam 8.
“SMS dari mbak Sayank.” batin Asysya.
“Gimana ya.” batinnya lagi.
“Afifah Afra… Pa beliau.. beliau??” batin Asysya. Dari depan televisi Asysya
langsung ke kamarnya mengambil buku yang kemaren ia beli.
“Iya. Afifah Afra. Aku pengen ikut dan aku harus ikut.” katanya dalam hati yang sedikit bergemuruh kencah.
Asysya kemudian bicara pada ibu dan ayahnya, mereka tidak melarang.
“Hore.” girang Asysya dalam hati.
--***--
Asysya bangun seperti biasa. Sholat Subuh, baca Al Qur’an kemudian membantu ibu
membersihkan rumah dan mandi. Kemudian ia meminta ayahnya supaya mengantarnya ke Sidoharjo.
“Yah, anterin Asysya ke Sidoharjo.”
“Yuk.”
Ayah memboncengkan Asysya sampai ke Sidoharjo. Setelah turun Asysya minta uang saku
dan cium tangan.
Asysya menanti dan terus menanti.
“Ukhhh.. mana ne mbak sayank?” batinnya. Sudah setengah jam Asysya menanti.
Tiba-tiba dari belakang nampak beberapa orang berjilbab menuju tempat Asysya berdiri. Asysya menoleh.
“Ehh.. itu dia.”
“Assalamu’alaikum.” Dah lama dhe’?” tanya mbak sayank.
“Wa’alaikumussalam...mmm” jawab Asysya sambil senyum.
“Wah, mbak Fifin.” celetuk Asysya.
Mereka saling berjabat tangan. Tak lama kemudian mereka menaiki minibus dan melaju
menuju Jatisrono. Mini bus berjalan menembus angin dengan lembut, hingga terkesan lelet dalam hati Asysya.
Di Jatisrono Asysya tak tau ia turun di mana. Teman-teman turun, ia ikut saja.
Tiba di sana mbak Sayank langsung berjabat tangan dan cipika cipiki sama temannya.
Ketika mereka masuk, mereka bertemu peserta lain, mereka berjabat tangan, senyum, dan mengucapkan salam.
“Oooh indah sekali islam kalo bertemu saja seperti ini.” batin Asysya.
Acara dibuka oleh seorang anak SD, sepertinya dari SDIT.
“Masyaallah sekali!! Kita yang duduk di sini anak SMP, SMA, gak sekolah, dan
kuliah.. ee.. yang buka anak SD.” celetuk Asysya dalam hati.
Waktu mendengarkan, di samping Asysya ada yang bertanya pada Asysya.
“Adhe’ namanya syapa?”
“Asysya mbak. Kalo mbak namanya siapa?” Asysya balik bertanya pada mbaknya.
“Saya mbak Ani. Rumahnya di mana dhe’?”
“Eeee.. Girimarto. Kalo mbak?”
“Saya tinggal di Wonogiri deket SMA 1 Wonogiri.”
“Ooooo..” Asysya beroo.
“Kelas berapa dhe’?”
“Kelas IX SMP mbak.”
“SMPnya mana?”
“SMP N 1 Sidoharjo.”
“Mau nerusin ke mana?”
“Insyaallah SMA 1.”
-Saat sesi tanya jawab-
“Silakan yang ada pertanyaan untuk maju ke depan.” kata mbak MC.
“Mbak apa bedanya antara mahrom dengan muhrim?” tanya Asysya pada mbak Ani.
“Coba tanya ke depan dhe’. Ayo dhe’, gak pa2 lho. Pengalaman.” mbak Ani mendorong.
And then Asysya mau maju deeh karena dipaksa dan dimotivasi mbak Ani..
“Namanya siapa dhe’?” tanya mbak MC.
“Asysya.”
“Ya, dhe’ Asysya mau tanya apa?”
Dada Asysya rasanya berguncang ria dan bergemuruh. Tahukah kau, demam panggung telah
menyerangnya? Menyergap melalui belakang tengkuknya, melaju menuju aliran pembuluh
darah. Berada di dekat penulis sekaliber Afifah Afra. Ngomong di hadapan orang banyak. Dag-dig-dug(gak pake dhuer), itu yang ia rasakan. Walau demikian Alhamdulillah doski masih bisa menguasai kondisi, yaah paling gak doski masih
sadarkan diri. He…he…he….
“Saya ingin menanyakan apa perbedaan antara mahrom dengan muhrim?” Asysya bertanya
dengan sedikit tertetih-tatih merangkai kata-kata.
Beberapa orang maju ke depan untuk bertanya. Dan Asysya duduk lagi di belakang.
“Yaah, pertanyaan kami tampung dulu.” kata mbak MC.
“Dhe’ tadi suaranya kurang keras lho, aku gak kedengaran.” kata mbak Ani
“Ehm.. mungkin mulutku kurang dekat ma microfonnya Mbak.” jawab Asysya
“Ya, saya akan menjawab beberapa pertanyaan yang sudah ditampung.” kata mbak Afra,
isteri dari pak Ahmad Supriyanto itu..
“Pertama dari ukhti(saudara seiman perempuan-tunggal) Sasa, bahwa bla..bla..bla..”
“Kedua dari ukhti Asysya, untuk perbedaan antara mahrom dan muhrim, kalo mahrom itu
orang yang haram dinikahi sedangkan muhrim adalah orang yang sedang berihrom.”
“Ketiga…”
“Keempat..”
“Kelima..”
“Ya, kami persilakan mbak Afra untuk memilih 1 pertanyaan yang wah.” kata mbak MC.
“Ya, semua pertanyaan bagus, tapi pasti dari kelima pertanyaan itu ada yang paling
bagus.” kata mbak Afra.
“Saya berpendapat dari kelima pertanyaan tadi yang terpilih adalah dari ukhti Amma.”
“Ya, kepada ukhti Amma kami persilakan maju ke depan untuk menerima bingkisan.dari
mbak Afra.” kata mbak MC.
Ia maju ke depan.
“Ya, gak pa2 aku gak terpilih, yang penting khan tanya.” batin Asysya.
Dari acara ini Asysya memperoleh ilmu, teman, snack, dan modul ringkasan buku LOOK
I’M VERY BEAUTY.
“Mau gak saya ajarkan senam otak.” tanya mbak Afra pada audiens.
“Mau.” sontak semua peserta memadukan suara.
“Saya minta tangan kanan diangkat, gag pake goyangkan badan lho! Mari bernyanyi
bersama saya.” kata mbak Afra sedikit melawak.
Mbak Afra mencontohkan.
“C-O-C-O-N-U-T-T-U-N-O-C-O-C.” mbak Afra bernyanyi sambil membentuk jari-jarinya
sesuai dengan huruf yang beliau ucapkan.
Peserta pun menirukan, tak luput si Asysya.
Menjelang waktu sholat Dzuhur bedah buku dihentikan untuk persiapan sholat. Sebelum
wudlu, Asysya melihat-lihat buku yang terpampang di bazaar buku. Asysya membeli buku
yang berjudul MOM N ME karya Pipit Senja dan buah hatinya yaitu Butet. Asysya
berjabat tangan, mengucapkan salam, dan cipika cipiki sama mbak Afra. Dia pun tak lupa untuk meminta tandan tangan. Sebenarnya bisa juga foto bareng tapi Asysya gak bawa HP. Oh enak beud bisa berjabat tangan, cipika cipiki, dan dapet tanda tangan dari penulis sekaliber Afifah Afra. Mbak Fifin beli buku LOOK I’M VERY BEAUTY, yang ngarang juga Afifah Afra.
Setelah itu kami bersama pergi ke masjid terdekat untuk wudlu kemudian sholat.
Sambil antre untuk wudlu, Asysya n plends bercanda. Kocak abiess, apalagi ada mbak Fifin.
Giliran Asysya dan plends wudlu. Sebelum tu Asysya ketemu mbak Afra. Belio senyum.
“Oooh.. Plendly sekalay.” batin Asysya sedikit lebay..
Setelah wudlu mereka sholat Dzuhur berjamaah, kemudian kembali ke tempat semula.
Acara selesai, mereka pulang. Naik bus Asysya dibayarin mbak Sayank.
“Jazakillah khoir(semoga Allah membalasmu dengan kebaekan) ya mbak.” kata Asysya
ketika berpamitan ma mbak Sayank karena mbak sayank dah sampai dan beliau mau turun. Asysya sendiri di bus. Dia membuka dan membaca-baca buku yang tadi ia beli
--***--
Liqo gak jalan karena selalu ada yang menghalanginya, entah mbak Sayank gak bisa maupun Asysya n plends yang gak bisa. Singkat cerita mereka gak bisa menentukan hari yang tepat untuk liqo lagi. Beberapa kali Asysya bertemu mbak Sayank di jalan. Waktu Asysya mau latihan ngedance(tugas akhir sekolah), Asysya juga ketemu mbak Sayank.
--***--
Asysya tiap jumat pergi ke toko buku Azzahro. Dan doski kenalan+sering ngobrol-ngobrol ma mbak yang shift di situ. Suatu Jumat doski dikasih tau ma mbak Kam(yang jaga toko buku) bahwa tanggal 16 Desember 2007 bakal ada bedah buku YES UJIANKU SUKSES, pembicaranya Fatan Fantastic.
--***--
Asysya izin ke ortunya untuk menghadiri acara tu, tapi ayahnya bilang gak boleh.
Tapi Asysya teuteup keukeuh untuk menghadiri acara tu. Doski nekat brangkat ma mbak Lia n V3(tetangganya). Mereka jalan kaki ke Bigstone terus naik mini bus ke Attaqwa(acaranya di situ). Di perjalanan Asysya baca bukunya V3 KETIKA MAS GAGAH PERGI sampai tersedu sedan boy/girls karena ceritanya yang begitu tragis yaitu dengan meninggalnya Mas Gagah di hari ulang tahun adiknya, dan Mas Gagah menghadiahkan jilbab. Setelah sampe di Taqwa, mereka diangkut(kayak sapi deeh) oleh mobil angkota entah ke mana. Setelah mereka sampai, ternyata doski dibawa ke SDIT.
“Itu mbak Kam n mbak Fifin. Kayaknya sibuk beud.” batin Asysya.
Ia kemudian registrasi seperti peserta yang laen.
Ia binun(bingung) mau ikut syapa, gag da yang doski kenal. “Nah itu dia, mbak Lia n
V3.” batinnya.
Mbak Lia n V3 kemudian registrasi juga.
Asysya juga ketemu mbak Isna, akhwat(saudara perempuan-jamak) yang kemaren di
Azzahro. Mbak Isna sempet-istilah Jawanya- pangling ma Asysya,tapi masih bisa
mengenali. Asysya juga ngeliat mbak Arum –yang kemarin juga ketemu di Azzahro- tapi mbak Arum kayaknya gak liat.
Acara dimulai. Muhammad Fatan Ariful Ulum itulah nama pembicaranya. Beliau asyik,
lucu pula. di acara ni ada juga senam biar gak pikun yaitu dengan 6 gerakan jari n
tangan. Da doorprize tapi yang dapet orang Purwantoro.
“Ketua FAROHISnya, masyaallah Ghodul bashor(menundukkan pandang) beud,, teduuuhhh
sekaaaliiii.” batin Asysya.
Dari kontribusi Asysya dapet snack n stiker.
Acara selesai. Asysya pulang. Sampai rumah Asysya ditanyai ayahnya,”Kenapa tadi gak
pamit?”
“Asysya dah bilang kalo mau ikut acara bedah buku.” jawab Asysya ketus.
--***--
Hari selanjutnya.
Asysya terbangun dari tidur malamnya. Ia kucek matanya yang berat di buka bagai
ditaburi tepung-tepung syetan. Trus, ia buka pintu kamarnya, ia pandangi jam dinding
yang berada di atas kursi tidur ruang keluarga. Setengah tiga, hamdalah pun terucap karena doski gak terlambat bangun. Kemudian doski ayunkan kakinya untuk cuci muka dan wudlu ke kamar mandi yang berada di kamar ibunya itu.
Ia lanjutkan sholat Tahajud terus sholat Witir.
Setetes..dua tetes..tiga tetes air hangat menyembul dari sudut matanya. Ia memanjatkan doa pada Sang Penguasa Langit dan Bumi.
Heningnya malam menjadi penambah kekhusyu’an hati dan kesyahduan munajat. Seperti
biasa Asysya melakukan kegiatannya namun 1 hal yang lain, ia mandi lebih awal karena ingin menghilangkan rasa kantuknya.
Pukul 6 pagi, ia aktifkan kartunya. Ternyata ada some messages yang masuk, satu diantaranya adalah dari mbak Sayank.
Ass.syank, mb mhon pmit ya. Mb’ mo tgl d Btu & smuany srba buru2..td jm 2 brngktny & mf mb’ blm pmit ma smua. Smntra kjian ma mb’ika SDIT..mfkn ats smua kslhn mb’ slm niya.slm mnis,rindu,syank u tmn2 smua t’utma yg blm pgang HP..meski jauh d mta dkt dlm hti. Slmt bjuang syank,miss u all. (19:47:53) 17-12-07.
Duarrr..!!! Hatinya serasa pecah,remuk redam bagai kapal dihantam gelombang ganas disertai karang. Hancur berkeping-keping mengalahkan bom yang meledak di kedubes yang menyebabkan kedubes tinggal menjadi puing-puing. Hatinya tersayat-sayat..nan tertusuk duri. Hanya luka yang ditaburi garam yang terasa.
1 bulir,2 bulir, 3 bulir air hangat menyelusup ingin keluar tak sabar dari sudut matanya. Makin lama makin deras. Bulu kuduknya berdiri seketika. Miris rasanya, perpisahan yang terjadi antara ade’ dengan kakak, antara guru dengan murid, antara sahabat dengan sahabat. Sungguh semua terjadi begitu cepat. Bagai petir menyambar, bagai kilat yang menjilat-jilat, semuanya begitu cepat. Cepat bak supersonik melaju di lintasan arena pertandingan. Tiada yang menyangka, tak terkecuali Asysya, kun fayakun(jadilah maka jadi).
“Orang yang pantas dipuji adalah orang yang bisa tersenyum ketika hatinya serasa
tersayat.” batin Asysya tertohok mengingat kalimat yang pernah ia baca pada buku SMILE UP, GUYS! (Afifah Afra).
“Kenapa aku dulu gak langsung ngasih bingkisan itu ke mbak Sayank? Kalo aja udah aku kasih pasti aku bisa lega.” batin Asysya sambil memandangi bingkisan kecil yang ingin ia berikan pada mbak Sayank dulu. Ia seka air mata yang mengguyur pipi tembemnya.
Asysya pun berangkat sekolah seperti biasa.
“Sa, kamu dapat SMS dari mbak Sayank gak?” tanyanya dengan wajah penuh ingin tau.
“Iya.” jawab Salsa dengan tenang.
Pertanyaan yang sama ia lontarkan pada Yaya. Jawaban sama pun ia terima.
Seketika ia duduk dan menulis semuanya, semua isi hatinya.
Mbak Sayank…
Ke mana ukhti kan pergi
Ke mana ukhti kan berteduh
Ke mana ukhti kan bawa buah hati ukhti?
Mbak Sayank…
Selamat jalan
Selamat ukhti kan jadi ummi
Selamat berjihad di sana
Mbak Sayank…
Di sini Asysya amat menyayangi ukhti
Asysya kan ingat jasa-jasa ukhti
Mbak Sayank…
Semoga Allah membalas kebaekan ukhti
Duhai Mbak Sayank…
Tetaplah sayangi orang-orang di sekitarmu
Tetaplah semangat tuk berjihad tegakkan dien-Nya,tegakkan asma-Nya
Mbak Sayank…
Asysya rindu ukhti
Rindu dari ade’ ke kakaknya
Rindu dari mutarobbi(murid) pada murobbinya(guru)
Rindu dari seorang sahabat pada sahabatnya
Tuhan sampaikan sejuta salamku untuknya
“Padahal aku sangat menyayanginya, seperti kakakku sendiri tapi kenapa Allah
mengambilnya, memindahkannya ke laen tempat. Ya Allah sampaikan sejuta salamku untuknya.” batinnya.
Walau begitu Asysya masih sering SMSan sama mbak Sayank.Walau jauh di mata dekat di
hati itu yang masih ia ingat. Berjalannya hari seolah memupuskan sesediahan yang ia alami, menggantikannya menjadi warna-warna keceriaan, menggantikan kepompong yang buruk rupa menjadi kupu-kupu yang indah dilihat mata. Berjalannya waktu menjadikannya tegar dan optimis pada tantangan. Mungkin Tuhan punya rencana lain.
Manusia hanya bisa menjalani, menjalani kehidupan ini dengan usaha yang kan mengantarkananya menuju jannah-Nya. Disetiap pertemuan pasti kan ada perpisahan dan disetiap perpisahan kan ada pertemuan. Ketika ia merasa kesulitan dalam bidang agama ia tanyakan pada mbak Sayank yang dibalas dengan sepenuh sayang menjadikan mereka jauh di mata namun dekat di hati, urusan pribadi pun tak luput diceritakan Asysya, mulai VMJ(Virus Merah Jambu)nya dengan teman-temen(laki-lakinya), urusan sama ortu, temen yang gag mengenakkan, dsb. Asysya pun mengetahui kehidupan mbak Sayank,, mbak
Sayank, seorang anak dari keluarga yang broken home, hanya menamatkan sekolah sampai SMP, ingin kejar paket tak terlaksana, di rumah hanya dengan simbah. Ayah dan ibunya berpisah. Asysya miris mengetahui kehidupan mbak Sayank, tapi ianya begitu tegar, ianya ikuti kajian yang membuat ianya tegar seperti ini, tujuan hidupnya hanya untuk ALLAH, untuk beribadah kepada ALLAH itu yang membuatnya tegar. Asysya ingin sepertinya,tegar! Namun, setelah ianya punya anak, kini ia pindah ke Batu.
Hari-hari kini ia jalani seperti biasa. Tiap Jumat ia masih mengunjungi Azzahro dan
gag datang ke PMI. Sekarang ia curhat masalah rumah pada mbak Kam2(salah satu penjaga Azzahro). Mereka dekat sekali. Walau belum kenal jauh mbak Kam2 bisa akrab dengan Asysya.
Hari-hari menjelang ujian Asysya jarang ke Azzahro. Jika ada pertanyaan-pertanyaan yang menyeruak tak sabar ia tahan maka ia bertanya pada mbak Sayank/mbak Isna/mbak Kam2/mbak Ani.
--***--
Setelah ujian.
Alhamdulillah Asysya lulus dengan nilai memuaskan dan diterima di sekolah
favoritnya. Ia mengunjungi Azzahro, tapi mbak Kam2 jarang ada di situ. Kadang harus
buat janji dulu kalo mau ketemu mbak Kam2.Alhamdulillah akhir-akhir ini kelas X da gladi bersih senam di Pringgondani jadi doski bisa mampir ke Azzahro dan criting-criting sama mbak Kam2, yang sebelumnya harus diSMS dulu biar nanti tak kecewa bila mbak Kam2 gag ada. Asysya pun menceritakan kegagalannya memakai pakaian taqwa-berjilbab-. Tak luput urusan rumah pun ia ceritakan. Membuat kelegaan menyusup diam-diam di hatinya. Itulah cewek ingin didengarkan, kadang mungkin ia ingin nyampah(curhat_menumpahkan kata-kata yang terangkai menjadi cerita ia tumpahkan pada orang lain) yang hal itu sudah bisa menjadikannya lega.
Suatu hari doski diajak kajian mbak Fifin(kakak kelasnya) yang dulu juga ikut bedah bukunya Afifah afra. Nama kajiannya TATSQIF, acaranya di SKANSA(SMK N 1 Wonogiri). Hari itu doski mau senam, tapi sebelum itu doski mampir ikut tu kajian. Doski melihat mbak Kam2 di sana. Doski n plends ngobrol-ngobrol dulu ma mbak Kam2.
“Dhe’, saya mau ngelanjutin sekolah ke Solo n gak njaga Azzahro lagi.” katanya pada mbak Al Matin(Akhwat kelas XII yang aktif di FAROHIS-forum aktivis kerohanian islam-)
Asysya mendengar kata-kata itu bagai petir menyambar ulu hatinya. Ia terisak-isak tak karuan.
“Ya Allah, hamba sudah kehilangan seorang murobi, apa Engkau akan mengambil mbak Kam2. Padahal belakangan ini hamba begitu dekat ma mbak Kam2. hamba kira di SMA ni hamba bisa leluasa curhat ma mbak Kam2, hamba kira belio bisa membina saya tapi belio akan ke Solo ngelanjutin sekolah.” batinnya
Memang beberapa hari ini Asysya begitu dekat pada mbak Kam2. Karena da senam dia bisa mampir dulu ke Azzahro. Dia udah cerita banyak beud tentang dirinya. Mbak Kam2 udah tau gimana Asysya, tapi sekarang belio mau sekolah ke Solo. Betapa sedihnya Asysya.
Air matanya tak bisa dibendung. Mengalir deras sederas air terjun Niagara. Untuk
kedua kalinya ia harus kehilangan murobi(guru). Dulu udah mbak Sayank sekarang mbak Kam2.
Mbak Kam2 mencoba menenangkannya. Fathy(sahabat dekatnya) pun mencoba
menenangkannya. Bulu kuduknya berdiri. Ia menangis bagai dunia ini gak da lagi yang bisa dia ajak curhat lagi. Tak henti-henti ia menangis, menangis deras menganak sungai, sungguh pedih rasanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 2, saatnya ia harus ke Pringgondani untuk senam, ia buru-buru mencari toilet untuk mengghapus serta menyeka air matanya. Ia pergi ke Pringgondani sendirian, tak peduli orang-orang melihat matanya bengkak dan kelopak matanya cekung sekali.
--***--
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari. Hari berganti pekan, pekan berganti bulan.
Sekarang Asysya liqo dengan bu Erlin(guru BKnya). Bu Erlin; guru yang juga aktivis,
enak diajak curhat, lucu, pinter hebat ruhiahnya, akalnya berisi, fisiknya-qowiyul jism/jasmaninya kuat-. Asysya curhat dengan bu Erlin.
Rasa-rasanya 2 orang murobinya telah tergantikan. Apa yang baik menurutmu belum tentu baik menurut Allah dan begitu sebaliknya. Rasanya Allah telah mengganti 2 orang murobi dengan yang lebih baik lagi.
“Ya Allah, apa yang Engkau berikan adalah yang terbaik untuk hamba.” Lirihnya. (real:+-95%; imajinasi:+-5%)