Kolapsnya Organisasi: Berjuang atau Wasallam

Bismillaah

Akhir kepengurusan, hampir semua aktivis sibuk, sibuk mempersiapkan hari pertanggungjawaban, atau mungkin sibuk mengejar setoran (kegiatan).

Kali ini penulis hanya ingin berbagi mengenai kolapsnya suatu organisasi.

Dulu penulis pernah berbagi mengenai Tanda Kehancuran Suatu Organisasi, bisa didownload disini

Seorang organisator musti peka. Peka melihat dan merasakan kondisi organisasinya. Jika memag tak sesuai adanya, maka bergerak, bergerak untuk membenahinya. Dua sikap dalam menghadapi organisasi yang hampir kolaps, mau menerjang arus dengan berbagai tantangan untuk membenahinya atau apatis terhadapnya. Berbagai tantangan itu menerpa, namun seburuk apapun organisasi itu, jika orang-orangnya masih mau berpikir untuk eksistensi sang organisasi maka masih tercermin kepedulian dan geliat. Bila apatisme menyerang suatu organisasi, organisasi itu akan diam, bukan diam dalam arti baik-baik saja, namun dia karena (mungkin) mati.

Kehancuran organisasi mungkin karena sisem kaderisasi yang tidak berjalan sesuai tracknya, tidak ada proses pembinaan yang mumpuni, sehingga melahirkan kader apatis, bahkan kader yang mempertanyakan “Buat apa organisasi itu? Daripada ada cuma nama, mending dihancurkan sekalian aja.” Subhanallaah, tidakkah kau pahami perjuangan kakak tingkatmu dulu. Hampir semua apatis, hanya beberapa yang dirahmati Allaah, yang murni niatnya, yang ikhlas niatnya berjuang untuk Allaah.

Namun apatah aktivis, aktivis juga manusia, yang mungkin ia bergerak tidak hanya di satu organisasi.
Sebuah organisasi yang mana para aktivisnya sudah tercokol visi, misi, dan sudah memahami organisasi itu, mereka akan memperjuangkannya, meski banyak permasalahan menerpa, dari internal, maupun eksternal. Mereka akan membuat kubu yang tangguh, untuk menghadapi permasalahan itu. Kan dari situ kedewasaan bisa terbentuk.

Namun jika pejuangnya sudah apatis, visi misi dan arti tidak tersampaikan ke dalam sanubari, aktivis hilang kendali, bersiaplah menabrak gunung es besar itu. Sikap permisif kadang kurang baik, perlu adanya suatu ketegasan dalam bertindak menindak lanjuti hampir kolapsnya organisasi itu.

Kepedulian, loyalitas, dan komitmen. Ketiga hal itu yang akan menjaga organisasi itu. Organisasi yang hampir kolaps itu pada saat itu tidak hanya butuh orang yang handal, hebat, dan kelebihan lainnya, namun lebih butuh orang dengan tiga karakter itu. Karna seorang yang memiliki ketiganya, bisa menularkan virus ke anggota yang lain, hingga virus itu tersebar, dan bersama menghadapi gelombang dan badai permasalahan itu.

Dalam berorganisasi, yang mungkin ilmu itu bisa kita terapkan ketika nanti kita mempunyai perusahaan, dua sikap itu bisa kita pilih. Mau menyelamatkan dengan segala badai dan gelombangnya atau diam saja. Pelaut yang handal tidak lahir di lautan yang tenang. 

Ditulis Oleh : asysya

Artikel Kolapsnya Organisasi: Berjuang atau Wasallam ini ditulis oleh asysya pada hari Saturday, 21 December 2013. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang Kolapsnya Organisasi: Berjuang atau Wasallam dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.

:: Get this widget ! ::

1 komentar:

Anonymous

thanks ya infonya !!!

www.bisnistiket.co.id

Post a Comment

Assalaamu'alaykum.. Teman-teman yang mengenal saya atau pun tidak, silakan memberikan komentar teman-teman mengenai blog ini. Demi perbaikan saya, ok? :)
Syukron wa jazakumullahu khoiron