BEKAL-BEKAL UNTUK MENUNTUT ILMU [2-end]

ð  Kajian Selasa, 13 November 2012 di Majelis Al Barokah, Semarang (Yang sebelumnya hari Senin, 12 November 2012)
1.       Bagusnya hati
·         Menata dan memperbaiki hati.
·         Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh, bagus hatinya => maka benar-benar akan Kami beri petunjuk/ jalan Kami(jalan yang menghantarkan pada Surga).
·         Hati kita itu untuk menampung ilmu. Maka seandainya tempat itu sholeh maka hati tersebut akan bisa menyimpan dengan baik dan mudah menghafal. Namun jika tempat tersebut fasiq/ dipenuhi dosa/ maksiat maka tempat tersebut akan menyia-nyiakan isinya. Ibnul Qoyyim => hati manusia apabila sering maksiat maka kebaikan susah masuk. Ilmu tidak bisa memasukinya. Seperti kalo botol diisi air, jika tempat itu rusak maka tempat tersebut menyia-nyiakan apa yang ada di dalamnya.
·         Hati kita sebagai pondasi/ pemimpin/ pokok dari segala sesuatu/ pemimpin. Ingatlah jasad manusia terdapat mutghoh, apabila segumpal darah itu bagus maka akan bagus pula seluruh anggotanya. Akan tetapi sebaliknya, segumpal darah itu dipenuhi dosa, akan rusak anggota tubuhnya. => perbaiki hati dengan ilmu, mengenal nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, memikirkan-Nya, merenungkan ciptaan-Nya, Allah menjaga langit dan bumi.
·         Ayat kauniyah è ciptaan Allah, siang malam è tanda kebesaran-Nya.
·         Ayat syar’iyah è terkandung di Al qur’an.
·         Untuk memperbaiki diri yakni dengan sholat wajib dan sholat sunnah (sholat malam, dll).
·         Seseorang menjauhi perkara yang merusak hati.
·         Penyakit hati bila bersarang di hati, maka sesungguhnya hati tersebut tidak bisa menampung ilmu. Jikapun bisa menampung ilmu maka tidak bisa faham dengan baik.
·         Atau malah menggunakan ilmu untuk melanggar syariat Allah. Munafik, sakit hati, mereka punya hati tapi hatinya tidak bisa memahami ilmu.
·         Penyakit hati ada 2 yakni syahwat dan syubhat.
·         Syahwat yakni dorongan hawa nafsu, cinta dunia dan kelezatan dunia, serta tersibukkan perkara dunia. Syahwat è menyenangi gambar-gambar yang dilarang, senang mendengar suara-suara/ nyanyian syaithon, musik (haram <== terompet setan), sutra, lalai dari al qur’an dan mengkaji ilmu Allah, suka melihat perkara haram.
·         Seharunya penuntut ilmu menyiapkan tempat yang baik, siapkan dengan bersih.
·         Imam syafi’i mengadukan jeleknya hafalannya kepada Waqi’. Ilmu itu cahaya, jangan kau padamkan dengan maksiat! Ilmu agama tidak sama dengan ilmu dunia yakni untuk mendapatkannya memerlukan adab.
·         Syubhat yakni kerancuan berpikir/ pemikiran menyimpang, keyakinan rusak. Waspada dari syubhat dan syahwat karena keduanya ialah senjata setan. Amalah yang diada-adakan itu dosa.
·         Hukum asal ibadah ialah terlarang, kecuali ada yang menghalalkan. Hukum asal dunia ialah boleh, kecuali ada dalil yang melarang.
·         Barangsiapa yang beramal dengan amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah maka tertolak. Perkara syubhat è menyandarkan pemikiran bid’ah.
·         Safasush sholih ialah sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in.
·         Hasad ialah tidak suka bila saudaranya mendapat kenikmatan dan dia berusaha menghilangkan nikmat itu.
·         Dengam dan sombong tidak boleh. Sombog itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia.
·         Ambillah kebenaran.
·         Banyak tidur è berusaha diatur. Jangan banyak tidur!
·         Banyak bicara yang tidak ada faidahnya è tidak boleh. Bicara seputar ilmu, bukan ghibah, atau namimah.
·         Menggelincirkan ke neraka itu lisan dan kemaluan.
·         Banyak makan è ilmu tidak akan teraih dengan badan yang santai dan kenyang.
·         Banyak makan è banyak minum è banyak tidur è tidak belajar.
·         Bentuk perbaikan hati yakni dengan menjauhi penyakit itu.

2.       Kecerdasan
·         Kecerdasan ada 2 yakni kecerdasan yang ditakdirkan atau tabiat dan kecerdasan yang diusahakan/ diasah dengan berlatih. Untuk yang pertama dengan kuatnya ilmu dan yang kedua yakni dengan kecerdasan yang biasa-biasa saja namun membiasakan jiwa/ nafsu sampai terbiasa sehingga bisa cerdas.
·         Kecerdasan digunakan untuk bisa membedakan masalah dan mengumpulkan dalil.

3.        Semangat, jangan lemah, jangan putus asa.
·         Bersemangatlah terhadap perkara yang bermanfaat untukmu! Mohonlah pertolongan dan jangan merasa lemah! Susah itu sudah biasa.
·         Sesungguhnya Allah bersama orang bertaqwa dan berbuat baik.
·         Dengan mengetahui urgensi perkara maka semangat untuk meraihnya.
·         Tau ilmu agama  <== selamat ke Surga Allah.
·         Ilmu adalah perkara yang paling agung. 1 ilmu dengan sunia seisinya itu tidak sebanding.
·         Orang terdahulu rela berjalan, naik onta ataupun kuda berbulan-bulan atau menjual atap rumah untuk memperoleh 1 hadits, karena manisnya ilmu.
·         Maka wajib bagi penuntut ilmu untuk menghafal yakni dihafalkan dan dipahami.
·         Semangat duduk bersama orang berlimu dan mengambil ilmu mereka.
·         Semangat banyak membaca kita ulama, karena jutaan judulnya. Untuk bisa membaca kita ulama maka belajar bahasa Arab.
·         Dan hendaklah penuntut ilmu menyibukkan umurnya dan waktunya untuk ilmu bukan perkara sia-sia.
·         Penuntut ilmu hendaknya memiliki sifat bakhil terhadap waktu yakni jangan membiarkan waktu berlalu begitu saja.

4.       Seorang penuntut ilmu hendaknya memiliki tekad, kesungguhan, dan juga sabar yang terus menerus.
·         Dan hendaklah menjauhi malas dan lemas. Dan bersungguh-sungguh mengekang jiwanya melawan syaithon. Karna sifat dasar manusia ialah mengajak ke kejelekan.
·         Maka jiwa manusia dan syaithon menjadikan berat menuntut ilmu.
·         Sebab-sebab yang bisa menjadikan semangat è membaca biografi ulama, sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in yang sarat dengan cahaya, membaca tentang kesabaran mereka, gigih memikul beban kehidupan, rihlah dalam mencari ilmu, penuh perjuangan.

5.       Menyiapkan bekal.
·         Menyiapkan fisik (kesehatan) dan materi (biaya).
·         Mencurahkan puncak kemampuan sampai dia mencapai apa yang dia inginkan. Menghafal, memahami, membentuk qoidah.

6.       Bukan dengan otodidak tapi mengikuti guru.
·         Ilmu itu diambil dari lisan-lisan ulama, duduk dihadapan ulama, mengucapkan lafadz hadits,...
·         Tidak ada kekeliruan dan tidak ada kesalahan dalam memberi harokat.
·         Tidak hanya ilmu, tapi juga mengambil adabnya dan akhlaknya, sifat kehati-hatian dalam menghadapi kehidupan.
·         Belajar dengan kita bisa salah paham, banyak salah, sedikit benar.
·         Dan tidaklah seorang laki-laki dengan ilmu kecuali dengan ulama è terbimbing dan terdidik.

7.       Belajar dalam waktu yang lama dan sabar
·         Imam ahmad è belajar sampa mati.
·         Sahabat belajar >= 15 tahun.
·         Maka seorang penuntut ilmu jangan menyangka menuntut ilmunya sempurna daam waktu sehari-dua hari, setahun-dua tahun. Butuh kesabaran bertahun-tahun. Rutinkan! Amalkan! Penuh kebaikan.
·         Qodhi ‘Iyadh è sampai kapan seseorang menuntut ilmu? <== sampai mati. Tinta itu dikuburkannay (perumpamaan).
·         Imam Ahmad è saya duduk membahas tentang haid 9 tahun (1 bab).
·         10 tahun atau 20 tahun è sebagian ualama senantiasa dia duduk dihadapan gurunya sampai Allah mewafatkannya.

Bekal yang sepantasnya untuk memperhatikan terhadap pondasi-pondasi tadi agar berhasil ilmunya. 

Ditulis Oleh : asysya

Artikel BEKAL-BEKAL UNTUK MENUNTUT ILMU [2-end] ini ditulis oleh asysya pada hari Thursday, 15 November 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang BEKAL-BEKAL UNTUK MENUNTUT ILMU [2-end] dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.

:: Get this widget ! ::

2 komentar:

Cara Pemesanan XAMthone Plus

nice postingan... sukses terus gan:D

asysya

Syukron. Aamiin, ANda juga..

Post a Comment

Assalaamu'alaykum.. Teman-teman yang mengenal saya atau pun tidak, silakan memberikan komentar teman-teman mengenai blog ini. Demi perbaikan saya, ok? :)
Syukron wa jazakumullahu khoiron