[Kaderisasi] Dualitas Fungsi R'nB: Fungsi Organisator & Fungsi Peningkatan Kapasitas Diri!

Bismillaah…

Adakah yang sudah paham mengenai hal ini? Jikalau sudah ya alhamdulillaah, namun bagi yang belum perlu membaca tulisan ini. J
Konsep itu sudah termaktub di Buku Putih R’nB pada halaman 113 dengan judul Konsep Kaderisasi R’nB. Dengan sub judul Prinsip Kaderisasi R’nB. Penjelasan mengenai Dualitas Fungi R’nB:

1.    Fungsi organisator. Fungsi ini merujuk pada Kaderisasi sebagai Kultur Gerakan.
a.     Pada prinsip ini lebih menekankan bagaimana kaderisasi itu merupakan budaya bersama, jadi bukan budaya segelintir orang (missal HRD saja, iya HRD ialah pengelola yang lebih concern, namun kita semua wajib bertanggung jawab atas kaderisasi di R’nB).  
b.     Pada prinsip ini pula kaderisasi R’nB ialah jiwa gerakan mengkader. Jiwa ini merupakan karakter dan mentaslitas dari setiap kader dengan feeling berbagi serta feeling untuk membina. Dan jiwa dan feeling ini perlu diterapkan untuk setiap kader, jadi bukan sekedar hak, beban, atau kewajiban.

2.    Fungi peningkatan kapasitas diri. Fungsi ini merujuk pada dua prinsip selanjutnya, yakni Kaderisasi Berorientasi pada Hasil dan Kaderisasi yang Komprehensif (Menyeluruh) dan Integral (sebagai Kesatuan).
a.     Kaderisasi Berorientasi pada Hasil. Kaderisasi di R’nB berorientasi pada output. Sedangkan output R’nB ialah SDM. Jadi kaderisasi berorientasi pada pencapaian kapasitas pribadi(SDM) yang unggul, tangguh, dan professional. Dengan orientasi minimal pencapaian IKK (Indeks Kompetensi Kader).
b.    Kaderisasi yang Komprehensif (Menyeluruh) dan Integral (sebagai Kesatuan). Dalam sub poin prinsip ini, ada beberapa breakdown darinya. Breakdown Kaderisasi yang Komprehensif dan Integral:
                                             i.            Kaderisasi menyangkut beragam aspek dengan mengembangkan beragam potensi dan kompetensi kader. Hal ini berkaitan dengan IKK R’nB. IKK tersebut bisa menjadi standar minimal kompetensi yang perlu dikembangkan R’nBers sesuai dengan potensi dirinya.
                           ii.             Kaderisasi adalah turunan langsung dari visi R’nB. Visi R’nB ialah melahirkan technopreneur yang profesional dan tangguh yang mampu berperan dalam membangun daya saing bangsa.
                                          iii.            Seluruh ragam aktivitas R’nB yang dilakukan oleh berbagai tingkat dan bagian organisasi R’nB merupakan pencapaian tujuan kaderisasi R’nB. Jadi seluruh aktivitas yang terselenggara, baik di tiap tingkatan (Basic, Middle, Expert) maupun tiap bagian (per divisi) merupakan pencapaian tujuan dari kaderisasi di R’nB(yakni mencetak Technopreneur).  
                                        iv.            Sehingga segala aktualisasi kader baik di intra atau pun ekstra organisasi adalah bagian dari proses kaderisasi R’nB. Hal ini bisa dikaitkan dengan pemenuhan IKK. IKK bisa dipenuhi dengan kegiatan dari luar R’nB, semisal mengenai leadership, R’nBers tidak harus mengadakan kegiatan semisal di R’nB, mereka bisa saja mengikuti LKMM PD, LKMM D, atau LKMM M yang sudah biasa terselenggara.  
                                                            
Begitu kawan-kawan. Kayak kuliah umum ya? Hahaha :Dv

Nah, apasih maksud penulis share mengenai hal di atas? Maksudnya ialah ketika kita sudah masuk menjadi (setidaknya) anggota R’nB maka kita perlu memerhatikan konsekuensi yang kita terima di belakangnya. Apa konsekuensinya? Konsekuensinya ialah bisa seimbang menjadi organisator dan kapasitas diri pun terupgrade.

Penulis akan mencoba share penyakit teman-teman aktivis yang perlu diperhatikan dan dihindari:
1.      Mahasiswa prestatif à individualis, egois, maunya menang sendiri, dan pelit informasi/ sharing.
2.      Mahasiswa aktivis organisasi/ kegiatan à aktif sana sini, kuliah/ pengkaryaan terbengkalai.

Kedua tipe mahasiswa itu bagus, namun konsekuensi di R’nB ialah bisa menyeimbangkan antara keduanya, menjadi aktivis yang juga prestatif(kapasitas diri ter-upgrade). Secara keorganisasian dan leadership dia bisa mengelola tim serta memiliki skill meng-organize dan secara keilmuan dia aktif belajar, berkarya, dan mengaplikasikan hasil belajar dan berkarnya itu di masyarakat. Namun, lebih baik aplikasi ke masyarakat itu diterapkan dengan sistem buttom up. Bagaimana maksudnya? Maksudnya ialah seseorang mencari permasalahan real yang ada di masyarakat, disurvei, diteliti, kemudian setelah ia mempelajarinya maka solusi akan muncul dari sana dan solusi itu ialah karya yang diaplikasikan di masyarakat. Dan jangan lupa, kalau di R’nB tidak hanya sebagai aplikasi di masyarakat, namun juga dikomersilkan. J Jadi kita sebagai mahasiswa benar-benar solutif di masyarakat, bukan malah buat-buat masalah (memaksakan ide kita di masyarakat dan mencari masalah di masyarakat sesuai ide kita). Hehehe.
Jadi, kita belum bisa disebut R’nB sejati jika kedua hal itu masih timpang. Perlu keseimbangan antara bisa meng-organize dan selalu meng-upgrade kapasitas diri kita(khususnya sesuai bidang keilmuan kita).    

Readmore >>

Masa Transisi Aktivis Unyu ke Mahasiswa Tingkat Akhir

Bismillaah

Tak terasa tingkat tiga pun sedang dialami. Masa ini serasa masa transisi, dari yang semula bisa bersenang-senang dan bersemangat di kegiatan ini itu, menjadi mahasiswa yang sudah perlu memikirkan masa depan(kerja, studi lanjut, nikah, dsb).

Olala, melihat pamphlet/ info kegiatan, forum nasional, traveling, lomba, dan semacamnya itu layaknya tampang anak kecil yang melihat anak kecil lainnya makan permen. Huhuhu… Huaaa. Mupeng. Hha.

Sebenernya pun hal seperti ini terserah, kita mau lulus tepat waktu atau lulus pada waktu yang tepat, sesuai pertimbangan, keadaan, situasi, dan kondisi masing-masing. Namun, tidakkah kita berpikir mengenai orang tua kita yang tlah berlelah-lelah membanting tulang untuk kita dan menginginkan kita untuk lulus segera? Ya seperti keumuman orang tua, ingin semuanya lancar dan anaknya segera menerima gelar sarjana. Namun ya ada pilihan lain juga(lulus pada waktu yang tepat), yakni kita berwirausaha atau mencari uang dan membiayai biaya kuliah dengan uang itu. Namun, hal-hal semacam itu kan perlu dikomunikasikan ke orang tua, agar tidak terjadi misskomunikasi atau persepsi yang berbeda, sehingga kita bisa sefrekuensi juga dengan orang tua.

Dari sedikit uraian di atas berarti bisa dikategorikan:
  .       Lulus ontime. Bisa segera menyongsong fase selanjutnya. Namun, jika kita mau lulus ontime, coba diperhatikan perbekalan(skill) paska kampus, apakah sudah benar-benar terisi. Agar kita bisa survive di belantara kehidupan itu. Jika sudah ya monggo.

2.   Lulus pada waktu yang tepat. Lulus pada waktu yang tepat dan bertanggungjawab ialah menyelesaikan studi sesuai kondisi. Dengan biaya tambahan di luar delapan semester ditanggung dirinya sendiri. Kau merasakan tak? Jika lulus lama dan masih dibiayai orang tua itu rasanya malu sekali. Sudah umur sekian tapi masih minta-minta ke orang tua.

Readmore >>

Move On Cara Menyelesaikan Tugas

Move on. 
Mungkin sulit untuk mencoba berpindah ke lain cara untuk menyelesaikan sesuatu, namun cobalah. 
Jangan kau buang waktu hanya untuk menyesal dan merenungi yang telah tiada, padahal ada cara lain yang bisa digunakan untuk menyelesaikan tugas itu meski tak sesempurna dia. 
Sabar.
Tetep semangat. 
Jangan berlarut melihat suatu fatamorgana.
Padahal yang nyata pun ada, meski tak sesempurna yang diharapkan. 
Segera selesaikan, sebelum yang lain mengantri di belakang. 
Cukup ucapkan "qodarullaah wa maa syaa'a fa'al"
Dan jadikan pelajaran berharga.
Readmore >>

Metode berkontribusi


Cara tiap orang berkontribusi tak sama
Begitupun karunia Allaah membedakan potensi manusia
Ada yang dengan lisannya
Ada yang dengan tulisannya
Ada yang dengan tindakannya
Tak usah terlalu banyak menuntut dan mengeluh
Cukup maksimalkan potensi yang telah diberikannya

Seperti hukum use and disuse
Semakin sering digunakan maka akan semakin terlatih
Begitupun cara berkontribusi itu
Semakin sering dilakukan naluri kita semakin terlatih
Dan jam terbang kita pun meninggi

Apresiasi usaha setiap orang untuk berkontribusi
Karna hal sekecil apapun kan tetap berarti
Jika tiada ia mungkin kan seperti sayur tanpa garam
Kecil, remeh, namun timbulkan kesan ada yang kurang

Biarlah orang berkembang sesuai track passionnya
Biarlah ia menjadi kupu-kupu indah sesuai inginnya
Biarlah kita jadi pelangi, yang berwarna warni
Biarlah kita menjadi puzzle, yang saling melengkapi

#youthcontribute
 
Readmore >>

Perjalanan dan Kesyukuran: Pengmas Realita dan Keluarga Baru yang Baik


Bismillaah

Berawal setahun yang lalu yakni pada acara Musyawarah Regional III, penulis mengetahui akan adanya kegiatan Pengabdian Masyarakat Realisasi Hasil Penelitian (Pengmas Realita), namun penulis pesimis untuk ikut. Hingga mendekati hari H, dari admin R’nB ada yang mengabari penulis agar mengikuti acara itu.

Dan hari H berlangsung. Penulis dan teman-teman ke sana bersama rombongan Unnes. Beberapa hari di sana kami menemukan permasalahan, potensi alam, pengalaman baru, dan juga kawan-kawan baru dari berbagai penjuru Indonesia. Kami dari berbagai penjuru dengan bahasa, kebudayaan, dan logat yang berbeda-beda. Dan hal itu melatih kepekaan kami untuk membedakan logat dari setiap daerah.

Setelah hari H, dibuatlah grup facebook Pengmas Realita III. Ya biasalah, paska acara ada foto-foto dan cerita-cerita yang dibawa dari sana.

Pada tahun ini, penulis mengikuti Pengmas Realita lagi. Ada beberapa orang alumni Pengmas Realita III yang juga mengikuti Pengmas Realita IV.

Kami sehidup senasib di sana. Saat itu Pengmas Realita III dilaksanakan di Jember dan Pengmas Realita IV dilaksanakan di Banten. Namanya juga Pengabdian Masyarakat, bukanlah kepraktisan yang kami dapat, namun kami perlu berjuang, survive, dan mau susah dengan situasi dan kondisi yang ada.

Setelah itu pun dibuat grup Pengmas Realita IV dan ada beberapa tulisan serta foto-foto yang mengalir dari fikir teman-teman peserta. Selain itu, karena rumah penulis di Wonogiri, maka penulis bisa mampir ke UNS (Universitas Sebelas Maret) Solo. Akhir-akhir ini penulis sering mampir ke UNS. Penulis mencoba mengulik comdev di Solo. Dengan bantuan teman-teman SIM penulis bisa mengikuti kegiatan SABS (Sekolah Alam Bengawan Solo) dan salah satu agenda SIM, padahal tidak diundang. Hehehe.

Tidak hanya sebatas itu, komunikasi dan silaturahim tetap kami jaga, yakni via grup FB, grup BBM, SMS, atau social media yang lain. Sebuah kesyukuran ialah kami bisa sharing mengenai konsep keilmiahan di universitas lain, sehingga bisa terjadi transfer ilmu dan mungkin bisa saling melengkapi.

Kecocokan yang kami rasakan mungkin karena passion yang sama, selain itu kami bisa nyaman karena sama-sama mau diajak susah dan mau berbagi. Kebaikan-kebaikan pun bisa dirasakan, seperti peserta yang perhatian satu sama lain(keep contact) atau ketika kami travelling di lain daerah ada kawan di sana yang bisa disapa dan dikunjungi, sehingga urusannya jadi lebih mudah. J    

Readmore >>

[Catatan dari Dosen] Rasulullaah Mengajarkan Keilmiahan - Referensi, Sitasi, atau Daftar Pustaka

Bismillaah

Ini ialah hasil bimbingan PKL yang pertama dengan dosen yang pertama, hhe. Pada saat itu bapaknya menjelaskan bagaimana Islam telah mengajarkan keilmiahan. Kok bisa? Iya bisa :P

Biasa memerhatikan ga kenapa hadist itu buntutnya panjang banget kayak gelar? #eh. Sampai kita mungkin agak males untuk membacanya karena sitasi atau jalur periwayatannya yang panjang banget. Buntut itu namanya sanad hadits, sanad itu jalur periwayatan. Contoh sanad: dari si A, dari si B, dari si C, dst. Hadits yang bisa dijadikan landasan ialah hadits yang shahih (benar), ya ga Guys? J Hadits yang tidak sampai ke Rasulullaah, hadits karangan(maudhu’), atau sanadnya lemah(dhaif) maka hadits itu tidak dapat dijadikan sebagai referensi.  

“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silakan dia ambil tempat duduknya di neraka.” HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 3
Nah lhoh, ga mau kan disuruh mengambil tempat duduknya di neraka? Hhe. So, ambil hadits yang pasti-pasti aja J Pasti bener.

Eh btw mengenai hadits Dhaif, ini ada beberapa rincian syarat bagaimana saja hadits Dhaif bisa dipakai.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Sedangkan hadits dho’if diperselisihkan oleh para ulama -rahimahumullah-. Ada yang membolehkan untuk disebarluaskan dan dinukil, namun mereka memberikan tiga syarat dalam masalah ini,

[Syarat pertama] Hadits tersebut tidaklah terlalu dho’if (tidak terlalu lemah).
[Syarat kedua] Hadits tersebut didukung oleh dalil lain yang shahih yang menjelaskan adanya pahala dan hukuman.
[Syarat ketiga] Tidak boleh diyakini bahwa hadits tersebut dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits tersebut haruslah disampaikan dengan lafazh tidak jazim (yaitu tidak tegas). Hadits tersebut hanya digunakan dalam masalah at targhib untuk memotivasi dan at tarhib untuk menakut-nakuti.”

Yang dimaksudkan tidak boleh menggunakan lafazh jazim adalah tidak boleh menggunakan kata “qola Rasulullah” (رَسُوْل اللهِ قَالَ), yaitu Rasulullah bersabda. Namun kalau hadits dho’if tersebut ingin disebarluaskan maka harus menggunakan lafazh “ruwiya ‘an rosulillah” (ada yang meriwayatkan dari Rasulullah) atau lafazh “dzukiro ‘anhu” (ada yang menyebutkan dari Rasulullah), atau ”qiila”, atau semacam itu.

Jadi intinya, tidaklah boleh menggunakan lafazh “Qola Rosulullah” (Rasulullah bersabda) tatkala menyebutkan hadits dho’if.
Kyaaaa :D ini malah kita bahas hadits Dhaif ya? Haha. Back to topic.

Ketika hal ini dianalogikan maka seperti kalau kita menulis karya ilmiah, maka perlu ada referensi, sitasi, atau daftar pustaka. Sebuah data yang valid perlu ada asal/ sumber data itu diambil, kita tidak bisa mengambil data secara sembarangan. Karna itu sebagai wujud tanggungjawab ilmiah pada orang-orang yang membaca karya tulis kita. Ya ga? Dan so pasti dalam membuat karya yang ilmiah tidak mungkin kita mengabaikan sumber data(referensi, sitasi, atau daftar pustaka), karna karya yang kuat atau sarat keilmiahan atau sarat makna ialah karya yang dibuat dengan data-data penunjang.

Jadi, sudah jelaskan ternyata Rasulullaah pun mengajarkan pada kita untuk ilmiah, dari sumber-sumer yang kita pakai dalam menjalani hidup ini. Dan hal itu terefleksi dalam karya ilmiah yang memerlukan referensi, sitasi, atau daftar pustaka yang valid agar karya itu lebih sarat keilmiahannya.

Referensi:
http://rumaysho.com/faedah-ilmu/bolehkah-menggunakan-hadits-maudhu-dan-hadits-dhoif-566

Readmore >>

Lakukanlah Semampumu

Rasulullaah mengajarkan pada kita untuk tetap menanam 1/2 biji kurma meski esok hari kiamat.
Orang-orang terdahulu tetap mempelajari ilmu / mendiskusikan ilmu meski beliau" sakit. 
Jika tak bisa melakukan semua, maka jangan meninggalkan semua.

Mungkin implementasinya hampir sama dengan ketika kita masih mempunyai sedikit tenaga maka berkontribusilah semampu kita.
Jika kita hanya mampu berkontribusi 1/2 hari lakukanlah, jika kita hanya bisa berkontribusi 1 hari lakukanlah. Sebelum kita benar" tak berdaya di pembaringan.

#cmiiw

Alhamdulillaahiladzi bini'matihi tatinnushsholihat 

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=662104517190027&set=a.595751493825330.1073741830.100001714536452&type=1


Readmore >>

[Nilai-nilai Bekal Survive]


Ketika kanak-kanak kita mungkin akan mudah merekam segala kejadian. Pendidikan karakterpun bisa diselipkan di sana. Semisal nilai-nilai kejujuran dan tanggungjawab.
Nilai-nilai itu sebagai bekal ketika mereka dewasa. Karna itu yang kan mereka bawa dan kan mereka aplikasikan. 
Cepat atau lambat seorang anak akan berpisah dengan orang tuanya. Entah karena merantau kuliah, bekerja, atau telah menikah.
Jika orang tua tidak membekali nilai-nilai itu dalam terapan real, bagaimana si anak akan survive di dunia belantara itu(?)
Anak yang biasa diprotect dan diatur, paska ia jauh dari orang tuanya dan tiada yang memprotect dan mengaturnya, bagaimana dia bisa settle mengatur dirinya sendiri, ketika sang orang tua tidak memberi clue-clue untuk mengatur diri(?)
Jika si anak sering didekte, siapakah yang kan mendektenya ketika tlah berpisah dengan orang tua (?) Padahal cepat atau lambat mereka kan berpisah dengan orang tuanya.
Anak yang biasa dimanja dan diberi kenikmatan, bagaimana ia jika suatu saat ia dihadapkan pada kehidupan yang memang keras (?)
Bukankah generasi yang bagus ialah generasi yang bisa melahirkan generasi yang lebih bagus daripada generasi masanya (?)


https://www.facebook.com/masdhiana/posts/670544916345987
Readmore >>

#2 Play with SABS: Ekspedisi 30 Jam di Mulai! :D

Bismillaah

Setelah mereka mengerjakan tugas mendata bangunan, peristiwa, orang, dan kuliner serta sudah laporan pada mas Jefri, kami menuju Gor Manahan. Di jalan itu kami menanyai ibu-ibu penjaja makanan. Karena kami tidak mengetahui jalan, maka kami bertanya pada orang di sekitar sana, namun qodarullaah kami kek diputer-puter gitu, huhuhu. Kami menyusuri jejalanan lagi serta menjalankan tugas yang diberikan dan alhamdulillaah kami bertemu mas jefri. Setelah bertemu mas Jefri, kami sholat Dhuhur bersama di Masjid Al Amin. Setelah sholat kami makan siang. Namun qodarullaah, dik Fety menangis karena gatelnya semakin parah dan melebar. Kami kebingungan dengan situasi yang ada. Mbak Yulia dan mbak Linda memberi Salep, namun ia belum jua menangis. Ya iyalah, rasanya panas dan gatel serta daerah lukanya membesar, kasihan sekali dia, penulis tak tega dengannya. Kemudian penulis mengusulkan untuk membawa ke dokter. Dibawalah ia ke dokter anak, namun terus gimana gitu trus dik Fety dibawa pulang. Dia terkena jamur. Dan kami melanjutkan perjalanan. Sedih juga sih, satu pasukan berkurang, yang tersisa ialah mas Jefri, penulis, Yulia, dan 4 anak lainnya.

Setelah dari masjid itu, kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Balapan. Menuju Stasiun Balapan kami bertemu dengan pemulung yang berpenghasilan Rp 40.000,00- Rp 5.000,00 per hari. Setelah itu kami menemukan Pasar Nongko, masuklah kami ke pasar itu. Di pasar itu kami menanyai ibu-ibu penjual tabungan(celengan) dan lainnya. Keluar pasar, kami menemukan penjual-penjual tanaman, masuklah kami melihat-lihat bunga itu. Si Abhi berhasil membawa kaktus kecil. Setelah kami melihat-lihat bunga atau tanaman di sepanjang jalan itu, alhamdulillaah kami sampai di Stasiun Balapan Solo. Di stasiun itu kami bertemu pada mas-mas arsitek UNS 2009, beliau sedang men-sketsa gambar Stasiun Balapan. Ketika bertemu dengan masnya, kami melihat-lihat hasil karyanya (ternyata banyak juga sketsa karyanya) dan ngobrol dengan beliau juga yang ternyata adik tingkat mas Jefri di UNS. Setelah berbincang dengan mas arsitek, namanya mas Galih, kami memasuki stasiun itu. Kemudian keluar dan melanjutkan perjalanan ke UNS. Kami tidak ke Monumen Banjarsari, karna saat di masjid tadi kami beristirahat cukup lama. Selanjutnya ialah ke UNS.


Perjalanan ke UNS itu kami bertemu dengan bapak-bapak penjual alat rumah tangga yang berjalan dari jam 7 hingga malam hari dengan mendorong grobak. masyaAllaah sekali bapaknya. Kami bertemu dengan beliau paska sholat Ashar di masjid. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi. Kami berhenti di depan SMA N 2 Solo, yang ternyata bersebelahan dengan SMA N 1 Solo dan kami membeli minuman di sana. Di depan SMA N 1 Solo adiknya menanyai salah satu mbak yang bersekolah di sana. Adiknya bertanya nama, alamat, dan enak tidak sekolah di SMA N 1 Solo. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan bertemulah kami dengan jembatan yang di bawahnya dilalui kereta api. Kami menunggu sesaat untuk bisa melihat kereta api yang sedang berjalan dan merasakan berapa di atasnya. Beberapa menit setelah di sana, kami melihat kereta api melaju. masyaAllaah sekali, mendengar deru kereta api dan melihat gerbong-gerbong itu berjalan. Setelah itu, lanjut lagi, kami mampir di masjid untuk sholat Maghrib di masjid dekat UNS. Kami sholat di sana kemudian berjalan hingga sampailah kami di NH. Wah, sedih harus berpisah dengan mereka, namun ya bagaimana lagi. Penulis berpamitan dengan mereka dan melanjutkan pulang ke Wonogiri.
Yang penulis rasanya ialah rasa salut pada adik-adik SABS, karena mereka tidak mengeluh dan tidak menyusahkan selama perjalanan.  Selain itu, penulis terkesima dengan mereka yang sejak kecil sudah diajari untuk bereksplorasi dengan alam/ lingkungan sekitar.

Dan ini ada tulisan lain yang penulis tulis dari jalan-jalan bersama mereka:

Pergilah ke mana pun kau kan pergi
Namun tetaplah ingat bahwa kau pun perlu kembali ke rumah asalmu
Raihlah hal yang tertinggi, namun ingatlah bahwa kau perlu berbagi
Karna setiap rizki yang tlah diberikan Allaah, ada rizki orang lain di sana (tak mutlak untuk kita)
Apatah yang tlah kau bagi?

Kehidupan ini tak berlangsung lama
Apa guna kau nanti esok jika sekarang pun bisa
Apa guna gelarmu mahasiswa
Jika untuk masyarakat saja kau tiada

"Carilah peluang di celah kebutuhan masyarakat itu", itu kata guru
Jadilah membumi
Yang bisa menyentuh pelosok negri
Bukan sekedar retorika tak berarti

Jadilah menepi
Ke pinggiran kehidupan
Agar kau tau luka mereka
Mengolah empati dan rasa

#rintihanMalam


Dari teman" SABS kemaren kita belajar kepekaan sosial. Ketika mengetahui peristiwa unik, kita diminta mendokumentasikan hal itu. Contohnya ialah warga yang pindah rumah dan barang"nya diangkut dengan becak.
Dokumentasi lewat foto dan tulisan. Sejak kecil mereka tlah dididik untuk peka pada sosial. Agar mereka tergerak tuk bertindak.
Selain peristiwa, kita juga diminta mendokumentasikan profil orang dan bangunan. 
MasyaAllah sekali, salah satunya kita menemukan bapak" penjual peralatan rumah tangga dengan grobak dorong yang berjalan dari jam 7 pagi hingga malam.
Bangunan yang didokumentasikan salah satunya ialah pasar. Selain mereka mendokumentasikannya, mereka juga bertanya" pada penjual di pasar itu. Salah satunya mbah" penjual celengan (tabungan).

Oya, selain itu mereka diminta untuk mendata kuliner.

["Pergi dari Sini ke Sana" Selama 7 Jam Cah Bocah]
Jadilah layaknya cahbocah itu, mereka "Pergi dari Sini ke Sana" tak banyak pikir dan takut.
Padahal mereka hanya anak kecil. Di jalan banyak mobil, motor, mereka melewati ril kereta api, mungkin bisa bertemu orang gila, preman, atau orang lain bisa menjahati mereka.
Namun, apakah mereka berpikir dan takut akan hal itu? Mereka berani. Mereka berani "Pergi dari Sini ke Sana". Mereka pun menyelesaikan tugas dengan perlahan. Mereka menjalankannya dengan tingkah polos dan lucu mereka. Rekaman peristiwa-peristiwa buruk belum menyapa mereka. Lupakan peristiwa-peristiwa buruk itu. Mereka tak berhak menghambat langkahmu untuk "Pergi dari Sini ke Sana".
Mereka pun melangkahkan kaki yang pertama untuk bisa "Pergi dari Sini ke Sana" selama 7 jam!
Langkahkan kakimu. Jangan usik takutmu. Biarlah ia dalam tenang dan kau pun tak terganggu. Tersenyumlah pada kenyataan dan jalani. Ayunkan langkah pertama.  
Semangat!
Mungkin ini ya perbedaan anak yang sangat diprotect dan SO (Study Oriented) dengan anak yang dibebaskan bereksplorasi (namun bisa mengendalikan diri).

Anak yang diprotect dan SO akan didominasi ketakutan karena biasa dilindungi dan kurang dikenalkan dunia luar. 
Anak yang dibebaskan bereksplorasi (namun bisa mengendalikan diri) akan bisa cepat berkembang karena mereka dibiasakan mencoba hal-hal baru dan tidak takut untuk mengeksplor dirinya (dengan yang ada di sekitarnya).

Masih tentang 
Sekolah Alam Bengawan Solo 
#imo
#hikmahSABS


| Masdhiana Sukmawarni | Informatika Undip 2011 |
Readmore >>

Teruntuk (Calon) MTA (Mahasiswa Tingkat Akhir), Mau Dibawa ke Mana?

Bismillaah

Saat yang membuat mahasiswa galau dan berpikir lebih ialah ketika ia menjadi MTA (Mahasiswa Tingkat Akhir). Di semester-semester akhir dia harus berpikir ia mau ke mana paska kampus ini. Ada yang mau jadi dosen, pengusaha, peneliti, pegawai di perusahaan bonafit, dll. Dulu kakak pernah bercerita, ketika kita mencari kerja, pasti banyak pesaing kita, nah kita harus punya value added agar lolos diantara pelamar yang lain (bagi yang ingin melamar kerja hehehe). Di sisi lain, kita bisa membuka lapangan kerja. Bagaimana caranya? Yakni dengan berwirausaha. Selain kita bisa menghidupi diri kita sendiri, kita bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain, kita bisa turut andil dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Siapa yang gak mau tuh? Hehe. Namun ya itu, jadi wirausaha effortnya memang besar, karna semua perlu kita pikirkan dan lakukan. Musti cari partner yang mau diajak susah. Hehehe.

Pernahkah kau berpikir akan dibawa ke mana? Sudahkah kau tentukan goal yang akan kau raih? Sudahkah kau punyai visi dan misi? Jika belum, segeralah buat wahai MTA. Agar hidupmu lebih terarah dan kau bisa mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan goalmu itu.

Jika kau sudah membuatnya, sudahkah kau merealisasikan(baca: menginjakkan) langkah pertama menuju puluhan kilo meter itu? Kau boleh idealis,  namun tetap harus realistis. Kau punya impian tinggi, kau musti juga memulai dari ayunan langkah pertama. Semisal kau ingin jadi pengusaha, upaya realnya ialah kau mencoba usaha, tidak mengapa usaha kecil-kecilan, yang penting kan sudah start. Upaya lain kau bisa mengikuti komunitas bisnis. Agar skill di lapangan yang sedang kau pelajari seimbang dengan inputan-inputan yang mungkin akan diberikan oleh orang lain yang akan semakin meng-upgrade kapasitas dirimu. Karna dari komunitas itu, jika suatu saat kau down, maka ada yang bisa men-supportmu, jadi kau tak berlama-lama dalam keadaan surut. Serta kau bisa mendapaatkan relasi dari sana, yang mungkin mau menginvestasikan uangnya di usahamu. :)

Jika kau perempuan, kau pun harus lebih memikirkan asupan apa yang akan kau berikan pada anak-anakmu kelak. Karna kau ialah sekolah pertama bagi mereka. Segera pelajari buku-buku parenting, agar kau tau gambarannya dan tidak gagap ketika keadaan tlah berbicara. Selain asupan yang musti kau berikan, kau juga perlu belajar mengenai dunia peranakan (Lho? Peranakan? Kek apa aja hehe). Maksudnya cobalah kau belajar mendidik atau bermain dengan anak-anak, agar soft skillmu pada mereka terlatih, hal ini bisa dilatih dengan ikut di kegiatan TPA, sekolah alam, atau komunitas lain yang ada anak-anaknya, hhe. Upaya lain ialah mungkin kau bisa coba memikirkan pendidikan macam apa yang akan kau terapkan pada anakmu. Dalam artian di sini ialah ia akan dimasukkan ke sekolah apa? Sekolah umum, sekolah alam, home schooling, atau yang lainnya.

Kakak pernah berkata, bahwa keadaan transisi kegalauan memuncak ialah paska sidang (paska lulus). Saat itu kita sudah dihadapkan pada belantara kehidupan. Ucapan “welcome to the jungle” sudah menyapa kita. J saat itu kita musti berusaha agar kita makan dari hasil keringat kita sendiri. Malu dong masih minta-minta ke orang tua, secara sudah ada gelar sarjana di belakang nama kita. Sudah tidak bisa bersantai-santai ria seperti dulu kala mahasiswa.

Nah, apa sih fungsi kita memiliki goal, visi, dan misi? Fungsinya ialah menertibkan kegiatan-kegiatan atau upaya kita agar bisa ditarik garis lurus menuju goal tersebut. Agar kita mengikuti kegiatan yang sesuai dengan arahan kita, tidak asal ambil, dan tidak asal oportunis. hehehe

Karna cita-cita memiliki anak yang baik dan sholeh(ah) bermula dari pemilihan pasangan yang sholeh(ah) juga kan. :D   

Jika kita menginginkan ayah dari anak-anak kita bisa “mendidik” mereka(tak hanya sebagai suami kita, yang notabene fungsi “suami” hanya berhenti sampai kita). Maka tentulah lelaki menginginkan kita bisa mendidik anak-anak mereka pula. Nah, apa yang sudah dipersiapkan? J

Tulisan ini terinspirasi juga dari obrolan bersama teman-teman, mengenai akan dibawa ke mana nahkoda kita paska kehidupan kampus?


Readmore >>

#1 Play with SABS: Semarang - Solo Termalam dan Petualangan di Mulai (Jelajah Solo!) :D

Bismillaah…

Apa kabar Guys? J Kali ini penulis ingin share mengenai pengalaman pertama penulis mengikuti kegiatan SABS. You know SABS? :D SABS is Sekolah Alam Bengawan Solo, yang ternyata letak sekolahnya di Klaten. Hehe.

Sebenarnya ini berawal dari dipertemukannya penulis dengan Kepala Departemen HRD SIM UNS (Lembaga keilmiahan UNS), yakni Okthina Damaryanti di kegiatan Pengabdian Masyarakat Realisasi Hasil Penelitian IV (Pengmas Realita IV) ILP2MI di Banten awal Mei silam. Dia atau tepatnya kami berjanji untuk main bersama di SABS karena ke-kepo-an penulis :Dv

Dua pekan yang lalu penulis berkeinginan memenuhi janji tersebut, namun qodarullaah karna deru tugas yang membahana penulis berhalangan bermain bersamanya. Okthina pekan lalu memberitahu bahwa di SABS akan ada kegiatan dan penulis agak longgar, sehingga bisalah mengikuti kegiatan itu dan sekalian pulang. Kan pulang kemaren (ceritanya) rindu dengan keluarganya belum tuntas. Hehehe.

Hari Jumat penulis kuliah sore. Belum lagi ada satu kuesioner yang belum tuntas. Hari itu presentasi pula dan ternyata pulang dari kampusnya molor. Maghrib baru kelar kuliah. Siap-siap balik ke Solo. Sebelum itu survey, alhamdulillaahnya penulis cepet dapet responden lelaki, karena itu yang kurang. Ba’da Isya’ penulis baru dari Semarang, sekitar jam 19.21 penulis baru melaju dari kost. Ini perjalanan termalam untuk ke Solo yang penulis lakukan. Alhamdulillaah di perjalanan tiada halangan, Cuma paling gelap aja dan penulis harus membuka kaca helm agar jalan terlihat jelas. Jam 21.14 penulis sampai di Gerbang belakang UNS. Alhamdulillaah dik Yulia (adik yang ketemu pas Pengmas Realita IV juga) cepet dateng. Setelah itu kami ke kost sang adik. Sebelum tidur kami cerita-cerita terlebih dahulu.

Setelah Subuh kami jalan-jalan di kampus UNS. Setelah itu duduk-duduk di Masjid Nurul Huda, cerita-cerita, dan terlihatlah oleh kami panitia kajian yang sedang mempersiapkan kajian. Karena jam mendekati jam 7, kami balik ke kost. Kami masak sarapan kemudian makan pagi, hhe. Jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih dan kami bingung dengan rencana yang ada. Setelah kompromi via HP dengan Okthina(yang ternyata tidak bisa ikut) dan galau-galauan, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti anak-anak SABS jalan-jalan.   

Kami ke NH sekitar jam 9. Kemudian naik mobil truk pak polisi menuju Taman Balai Kambang bersama anak-anak SABS serta para pendamping anak-anak. Sesampainnya di Balai Kambang, anak-anak dilepas begitu saja dengan diberi instruksi sebelumnya dan para pendamping dibriefing. Kami dibagi, satu tim ada dua pendamping untuk menyusuri Solo.

Setelah beberapa saat, ada beberapa anak yang menanyakan pada penulis dan Yulia yang sedang berjalan, “Mbak Yulia yang mana ya?” Ternyata mereka ialah tim kami. Lantas kami mengikuti mereka. Awalnya mereka berkenalan dengan bule dan mencatatnya di depan mbak-mbak yang sedang nge-dance x_x

Setelah itu, Karena belum sholat Dhuha, mereka mencari masjid/ mushola. Di dalam taman itu ada, berbayar. Setelah mereka sholat Dhuha, kami melanjutkan jalan-jalan di taman itu. Mereka ingin masuk ke taman reptile, namun kami (pendamping) mengkompromikan dengan mereka, dengan uang Rp 20.000,00 untuk dua hari apakah bisa juga untuk main ke taman reptil itu, jadinya kami hanya berbincang dengan ibu penjaga taman reptile dan berpamitan. Hhe.

Setelah itu mereka menanyai mas-mas penjual peralatan pancing dan ibu-ibu penjual es dawet dan soto. Ternyata Taman Balai Kambang sering buat pre wedding ya hhe, kemaren itu kami menemui dua pasang pre wed. Setelah itu mereka laporan ke mas Jefri. Mereka diminta membuat peta Indonesia dari dedaunan yang sudah berguguran. Karena belum sesuai dengan permintaan dan ada beberapa tugas yang belum tepat maka satu tim yang lain mendahului kami. Karna kami harus menyelesaikan tugas pembuatan peta itu dan tugas mendata. Alhamdulillaah setelah itu kami bisa jalan. Tim depan kami ialah tim mas Rohandi Latif dan tim belakang kami ialah tim mas Agus Suroso (kalau tidak salah). Kami diminta berjalan-jalan dengan rute Gor Manahan – Stasiun Balapan – Monumen Banjarsari – UNS.
~to be continued ~

Readmore >>

Survei Kuesioner: "Menyentuh" Masyarakat & Hadiah Cantik Tak Terduga (Bertemu Dewan Riset Jawa Tengah) :D

Bismillaah…

Assalaamu’alaykum Guys J Kali ini penulis pengen sharing mengenai pengalaman pertama penulis dalam survei-mensurvei J  Jadi Selasa, 24 Mei 2014 lalu penulis bersama beberapa teman panitia FLS(Future Leader Summit) 2014 diberi training mengenai Survei Persepsi dan Preferensi Konsumen LPG 12 KG. Di sana kami diberitahu tata cara menanyai responden sesuai dengan jenis pertanyaannya. Pada awalnya kami menanyai identitas responden, pada Bagian I (Tingkat Pengetahuan Konsumen Terhadap Produk LPG 12 KG), Bagian II (Perilaku Konsumen Produk LPG 12 KG), dan Bagian III (Demografi). Pertanyaan yang ada di survey itu ialah isian singkat, pilihan, skala sejutu-tidak setuju, skala 1(sangat tidak penting)-6(sangat penting sekali), dan pertanyaan skenario. Sebelum training dimulai, kami mengemasi bingkisan untuk warga, setelah itu kami diberi makan dan minum, kemudian training untuk surveyor responden A, kami diberi tiga dokumen serta alat tulis, dilanjutkan training untuk surveyor responden B, pembagian uang transport, dan briefing panitia FLS.   

Pada hari Kamis, 26 Mei 2014 sore penulis mulai menjalankan tugas. Namun qodarullaah penulis belum mengetahui tempat yang akan disurvei, jadi waktu sekitar satu jam digunakan untuk mencari alamat Karanganyar Gunung -.-“. Mulai survey baru sekitar jam lima sore. Sesuai dengan instruksi saat training, penulis menuju ke warung/ toko/ agen penjual LPG 12 KG, di sana kita bisa menanyakan siapa saja yang memakai LPG 12 KG. Benarlah bahwa mereka hafal beberapa pelanggan gas LPG 12 KG. Ibu penjual gas LPG 12 KG memberitahu beberapa alamat pelanggannya. Kamis hingga Isya itu penulis baru mendapatkan dua responden dan alhamdulillaah ba’da Isya’ bertemu dengan satu responden. Setelah mencoba mencari-cari lagi, Allaah belum menakdirkan untuk bertemu dengan responden lainnya, ada yang karena tidak memiliki (karena yang memakai LPG 12 KG langka) dan ada pula yang ternyata sudah tidur.  Huaaa baru tiga. Sudah tiga ding, alhamdulillaah.

Jumat, 27 Mei 2014 pagi dari jam 9an penulis meluncur dari kos ke Karanganyar Gunung. Alhamdulillaah setelah nanya orang, penulis menemui ibu penjual gas LPG 12 KG. penulis bertanya-tanya sebentar, karena ibunya mau pergi. Qodarullaah. Sebuah hal terlupa, harusnya nanya orang-orang yang memakai gas LPG 12 KG dulu, baru interview ibunya, ah ya sudah lah. Setelah itu penulis muter-muter hingga sebelum jumatan, namun qodarullaah tidak mendapatkan responden, bahkan ada calon responden yang menolak penulis, padahal ibu itu memakai gas LPG 12 KG juga, agak perih rasanya. Penulis hanya mendapatkan satu responden. Alhamdulillaah ibunya baik banget, penulis ke sana dan disuguhi minuman berwarna hhe. Setelah itu penulis muter lagi. Ada rumah bagus dan ada mobilnya, kemudian penulis mencoba masuk. Sudah beberapa kali memberi salam, namun tak kunjung mendapat jawabannya. Kemudian saat penulis berbalik arah, ada bapak-bapak yang telah menunaikan sholat Jumat. Alhamdulillaah, ada sang tuan rumah. Penulis kemudian mengungkapkan maksud penulis dan beliau bersedia diwawancarai. Saat ditanya pengetahuan mengenai LPG 12 KG, bapaknya menjawab “ya” lancar sekali. Kemudian terkuaklah bahwa beliau ialah dosen Undip. masyaAllaah. Tiba pertanyaan terakhir dan beliau merasa dari pertanyaan yang penulis lontarkan ada kejanggalan, namun malah dari situ bapaknya bercerita banyak. Bapaknya bercerita bahwa “Mahasiswa itu harus kritis”, “Carilah peluang di kebutuhan masyarakat itu”, beliau juga memperkenalkan siapa diri beliau bahwa beliau ialah Dewan Riset Jawa Tengah, beliau juga menceritakan project beliau yang hingga miliaran, karena memang applicable di masyarakat. Setelah kroscheck ke teman-teman beliau ialah Kepala Jurusan Teknik Geologi, masyaAllaah ngobrol bareng kajur, dewan riset Jateng, dan mendapatkan CPnya. :D mengetahui bahwa penulis harus melanjutkan tugas, beliau menyudahi cerita beliau. Hhe.


Setelah dari sang kajur Geologi, penulis sholat dan melanjutkan survey. Karena sudah lewat jam satu, penulis ke ibu penjual LPG 12 KG dan penulis menanyai siapa saja pembeli LPG 12 KG. Beliau menyebutkan beberapa nama. Alhamdulillaah paska itu ada sekitar tiga responden. Dan sisa satu penulis lanjutkan paska kuliah, sekitar ba’da maghrib. Ba’da Maghrib penulis meluncur dari kos ke Karanganyar Gunung dan alhamdulillaah langsung bertemu responden seorang bapak, karena yang kurang ialah laki-laki.  

Hikmah yang penulis dapat ialah bahwa setiap orang akan merespon baik ketika kita ramah dan bersahabat dengan mereka. Terbukti dari sekian banyak (calon) responden hanya satu yang menolak untuk diwawancarai. Di sini penulis juga belajar untuk menurunkan ego, yakni dengan mendengarkan pendapat sang bapak dan ibu (tidak egois hanya menanyakan yang kita butuhkan saja, setelah itu sudah). Di sisi lain juga harus menghormati ketika responden tidak mau difoto.   


Readmore >>