Implementasi Knowledge Management

Penerapan ilmu Manajemen Pengetahuan dari mata kuliah Teknologi Informasi dalam skala kecil:
Pencatatan/ pembukuan SMS teman yang memuat informasi atau pengetahuan.
=> Dengan hal itu bisa: 
1. mendukung pengambilan keputusan 
2. melahirkan pengetahuan baru
 Indonesia, Undip, FSM, IF


https://www.facebook.com/masdhiana/posts/582339128499900?stream_ref=10
Readmore >>

Persiapan Belajar

Menghadirkan hati. 
Menghadirkan hati penting sekali dalam menuntut ilmu.
Otak siap diisi dengan hal-hal baru, tanpa ada imajinasi-imajinasi lain selain pembelajaran itu. 
Pikiran-pikiran tentang kesibukan lain perlu dikesampingkan. 
Agar ilmu itu meresap hingga ke otak. 

Mempersiapkan diri.
Mempersiapkan diri menyiapkan penampungan ilmu itu juga penting. 
Menyiapkan segenap jiwa raga, fisik psikis, dan segala hal yang terkait dengannya.
Maksimalkan suatu kata kerja.
Agar hasilnya pun maksimal, bukan hanya setengah-setengah.

Kita tetaplah manusia, yang membutuhkan istirahat, asupan, olahraga, yang dikemas dalam keteraturan.
Agar tercipta kesetimbangan dan hasil yang maksimal.

Mungkin bisa direnungkan, kenapa ilmu yang kita pelajari hingga saat ini tak berbekas atau tak berjejak(?)
Apakah kita menghadirkan hati dan mempersiapkan semuanya(?)

Jangan selalu menuntut kesempurnaan orang lain, jika ternyata kita sendiri tak total mengerjakan semua ini.

Apakah dalam keseharian kita benar-benar mempersiapkan diri(?) Mengosongkan pikiran-pikiran lain dan siap tenggelam dalam pembelajaran(?)
Apakah dalam keseharian kita benar-benar menghadirkan hati, sepenuh hati menampung ilmu(?)

Mungkin itu koreksinya, mengapa ilmu itu tak sampai. Dan jika mendekati hari keilmuan diuji, kita berbondong-bondng mempelajarinya. Karna kitapun berusaha mempersiapkannya dan berusaha menghadirkan hati untuk memahaminya.

Lantas... Apakah hanya karena ujian kita belajar(?) Apa hanya karena nilai kita berjuang(?) Padahal ada yang lebih penting dari itu semua, yakni KEBERKAHAN ILMU kita, seberapa besar manfaatnya, untuk masa depan kita ataupun untuk orang lain.


https://www.facebook.com/masdhiana/posts/594664157267397?stream_ref=10
Readmore >>

Tulus Tanpa Kontaminan

Jika suatu pekerjaan dilakukan dengan tulus ikhlas, maka ketika ada penghargaan dan sang pelaku tidak mendapatkan penghargaan itu, ia akan merasa biasa saja bahkan ia akan bahagia, karna seperti tangan kiri yang tak mengetahui apa yang dikerjakan tangan kanan. 

Ia tidak akan kecewa, ia tidak akan cemberut, bahkan ia akan bahagia, karna ia hanya mengharap balasan dari-Nya (yang notabene lebih besarrrr balasannya).

Ia akan tetap melakukan pekerjaan itu bagaimana pun respon orang lain, karna yang ia ingini bukan apresiasi/ awarding itu, ia punya objective tersendiri, yang biarlah ia, Allaah, dan orang-orang yang mengerti saja yang mengetahuinya.

Ia akan tetap menuju objectivenya, awarding/ apresiasi itu ia anggap sebagai bonus kecil yang menghinggapinya, bonus kecil yang senenarnya tak ia harapkan, karna akan mengurangi balasan yang lebih besar yang akan ia terima. Mungkin seperti jika kita melihat lukisan yang menjauh, semakin jauh, semakin kecil, itu yang kita peroleh: kecil. Bukan balasan yang terdekat dengan pandangan kita, yang besar.

Yuk, dikoreksi, kontribusi kita tulus ikhlas ataukah kontribusi mengharap apresiasi? Biar jadi 'terbaik', 'teraktif', ataupun 'ter' 'ter' 'ter' lain yang berkata dasar positif.

Atau bahkan tersusup niat kontribusi untuk posisi? Kontribusi besar-besaran kita hanya untuk posisi tak sebenarnya tak seberapa, karna yang dinilai ialah kontribusi dan ketulusan kontribusi kita. Posisi hanyalah tempat agar kita harus lebih berkontribusi dari yang lain. Bukan tempat kesemena-menaan. Karna kepemimpinan bukan tentang jabatan.

Dalam keberjalanan, yuk dikoreksi lagi, objective kita, ketulusan tanpa kontaminan, dan sesuaikah track kita saat itu dan yang seharusnya. 


https://www.facebook.com/masdhiana/posts/603683809698765?stream_ref=10
Readmore >>