Nulis buat Coping & Katarsis

Bismillaah.

Hi Guys, salam kenal semua. :D Namaku Masdhiana. Sekarang sedang menempuh studi S1 di salah satu negeri universitas di Semarang. Saya mengambil jurusan yang sedang menjadi jurusan favorit masa kini.

Passion saya ialah menulis. Kenapa saya sangat passionate di bidang ini? Karena saat kecil saya tersentuh dengan sebuah nasihat, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Jadi semenjak itu saya menuliskan pelajaran/ hikmah yang saya peroleh dari kehidupan ini. Saya menuliskan hikmah dari hal baik maupun buruk. Karena sejatinya hikmah itu akan senantiasa bermunculan dengan otak kita yang senantiasa diasah. J

Selain itu, dari sebuah penelitian dikatakan bahwa “Menulis itu bisa sebagai sarana relaksasi atau cara berekspresi untuk mengurangi stress yang kita hadapi.” Ketika kita beranjak dewasa, problem kehidupan yang kita rasai semakin banyak, menumpuk, dan kadang kita bingung bercerita pada siapa. Alhasil, sebagian dari kita memercayakan karyanya di media diam, seperti dunia maya atau buku diary.

Prinsip yang saya pegang dalam dunia kepenulisan ialah “Menulislah dengan hati dan edit dengan rasio.” Kenapa? Karena kita perlu menyampaikan hikmah-hikmah itu dengan perasaan, di sisi lain kita perlu mengeditnya menggunakan rasio kita. Rasio yang dimaksudkan di sini ialah rasio berupa logika atau paradigma (cara berpikir).   

Saya termasuk seseorang dengan karakter melankolis, sehingga saya sering menanti sempurna untuk berniat melakukan sesuatu. Seperti dalam bidang kepenulisan ini. Saya sudah meng-karyakan diri saya sejak SD. Apa yang saya lakukan? Yang saya lakukan ialah membuat pantun-pantun, puisi, prosa, curhat di diary, curhat berhikmah di dunia maya, dan menuliskan semua perasaan yang saya rasakan atau pemikiran yang ber-seliwetan di perputaran otak saya.

Hingga sekarang ini, saya memiliki sekitar 10-an diary dan 5-an blog. Kenapa saya memiliki 5-an blog, karena saya aktif mengikuti kegiatan/ organisasi. Sehingga setiap blog memiliki genre yang berbeda, meskipun terlihat agak sama. Di sana saya sharing mengenai keilmuan saya (IT), mengenai bidang yang ingin saya pahami (riset dan bisnis, karena saya ber-amanah di lembaga Research and Business Undip), mengenai keyakinan yang saya anut, cerita galau, cerita geje, dan hal bermanfaat lainnya.

            Saya ingin mencoba mendeskripsikan diary saya. Ketika saya buka-buka lagi, saya tertawa-tertawa sendiri membaca tulisan saya yang begitu polos. Saat SD saya menulis pantun-pantun. Saat SMP saya menuliskan kisah-kisah merah jambu saya dengan teman-teman SMP, katakanlah cinta monyet saya. Hahaha. Itu dulu ya. Selain itu, saya juga menuliskan visi dan misi hidup saya. Saat SMA saya menuliskan aktivitas-aktivitas yang saya lakukan, seperti aktif di organisasi dengan berbagai problematika yang saya hadapi saat itu. Pun saat kuliah, saya juga masih menulis diary, namun terkadang lebih sering menulis di jejaring social.

            Dengan menulis, saya benar-benar mendapatkan yang saya inginkan, yakni berupa penurunan stress, saya bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidup saya, saya bisa berekspresi sesuai kodrat saya (wanita), dan saya ma(mp)u mengembangkan soft skill saya maupun hard skill saya di bidang kepenulisan ini.

            Ya kehidupan memang seperti ini, menuntut kita berkembang (progresif) dan realistis. Setelah menulis, harapannya ialah tercapai tujuan-tujuan di atas. Itu pentingnya kita menentukan tujuan sebelum kita berjalan. Ketika kita sudah memiliki tujuan, barulah menemukan passion, dan kemudian menikmati proses dalam perjalanan itu. Hadapi, hayati, dan syukuri. J
Readmore >>

Peranan Mahasiswa dalam Mewujudkan Perdamaian Lintas Agama


Peranan Mahasiswa dalam Mewujudkan Perdamaian Lintas Agama

Apa sih peranan mahasiswa dalam mewujudkan perdamaian lintas agama? Katanya peranan default mahasiswa ialah sebagai agen perubahan, iron stock, dan kontrol sosial. Katanya Tri Dharma perguruan tinggi ialah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Nah, bagaimanakah implementasi hal-hal tersebut dalam mewujudkan perdamaian lintas agama? Mari kita kupas di bawah ini, penulis juga akan menyajikan beberapa sample/ contoh penyelesaiannya.

            Penulis akan mengupas sesuai default peranan mahasiswa serta Tri Dharma perguruan tinggi:

1.      Mahasiswa sebagai agen perubahan. Masyarakat pada umumnya menilai mahasiswa sebagai kaum yang lebih terdidik atau lebih terpelajar dari strata sosial. Masyarakat pada umumnya (katakanlah) lebih segan kepada mahasiswa daripada pemuda dengan strata pendidikan yang lebih rendah. Kenapa? Karena masyarakat menganggap mahasiswa bisa menjadi agen perubahan yang solutif untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di msayarakat dengan bidang keilmuannya, termasuk dalam perdamaian lintas agama. Mahasiswa sebagai kaum yang lebih terdidik (seharusnya) lebih paham mengenai penciptaan perdamaian abadi (sesuai Pancasila sila kelima). Bagaimana caranya? Salah satu caranya ialah menjadi agen perubahan dalam menciptakan perdamaian lintas agama.

2.      Mahasiswa sebagai iron stock. Mahasiswa menjadi stock untuk meregenerasi generasi sebelumnya. Jika bukan mahasiswa (sebagai kaum terdidik) siapa lagi? Dengan kaderisasi dan heterogenitas dunia kampus, mahasiswa bisa menjadi stock untuk mewujudkan perdamaian lintas agama. Dunia kampus merupakan dunia inkubasi mahasiswa, dunia untuk memupuk idealisme dengan keberagaman etnis, kultur, hingga agama. Mahasiswa yang terbiasa dengan perbedaan akan lebih mengunggulkan toleransi dalam berelasi. Sehingga mahasiswa bisa menjadi stock dalam mewujudkan perdamaian lintas agama ini.

3.      Mahasiswa sebagai kontrol sosial. Mahasiswa yang terbiasa dengan kehidupan heterogen dan mengunggulkan toleransi dalam beragama (dengan menerapkan aturan-aturan sesuai agama masing-masing) bisa menjadi kontrol sosial. Kontrol sosial bila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan norma sosial yang ada atau terjadi percekcokan lintas agama. Dalam Sumpah Pemuda, kita itu satu, kenapa kita terpecah pelah. Bagaimana akan mewujudkan perdamaian dunia (simplenya perdamaian Indonesia) jika kita berbeda agama saja sudah berselisih.

4.      Mahasiswa perlu melakukan pendidikan. Contoh simplenya ialah adanya materi kuliah yakni pendidikan agama sesuai agama masing-masing atau mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yang mengajarkan toleransi dalam beragama. (Coba penulis kutip dari agama penulis yakni agama Islam) Dalam Islam, dijelaskan bahwa bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Ini berarti jika seseorang tlah menentukan suatu pilihan agama, maka itu sudah menjadi urusannya dengan Tuhannya. Dan dalam Islam pula teladan dalam Islam yakni Rasulullaah pun mengajarkan toleransi atau mengajarkan hubungan masyarakat dengan selain Islam, dalam perniagaan misalnya.

5.      Mahasiswa perlu melakukan penelitian. Contohnya ialah mahasiswa meneliti paham agama satu dengan lainnya. Dalam bahasan ini, penulis lebih merekomendasikan jika seseorang akan meneliti agama lain, maka ia perlu menguatkan diri pada kepercayaannya masing-masing, agar jika dirinya mendapat paham yang baru, ia sudah memiliki filter yang kokoh, sehingga ia tidak goyah dari prinsipnya.

6.      Mahasiswa perlu melakukan pengabdian masyarakat. Bagaimana contohnya? Contoh simplenya ialah ke masyarakat di sekitarnya. Jika ada pertemuan umum yang hadiri oleh lintas agama, mahasiswa perlu menjadi penengah yang netral sehingga ia tidak memihak salah satu atau ia independen atau ia objektif dalam mengambil keputusan bersama.

Itu beberapa opini yang bisa penulis urai mengenai peran pemuda dalam perdamaian lintas agama. Masukan/ koreksi penulis respon positif agar karya serta tindakan kita bisa lebih baik. J   
Readmore >>

[Catatan Petualang] Susahnya Pergi dari Sini ke Situ :D Memaknai Dewasa dan Pemaknaan Relasi ~,~

[Catatan Petualang]
Susahnya Pergi dari Sini ke Situ :D Memaknai Dewasa dan Pemaknaan Relasi ~,~


Bismillaah.
Assalaamu’alaykum :D Hi All? Hehehe *Menjawab salam dan serempak menjawab “Halloooo :D”*
Nah, kali ini penulis ingin sedikit berbagi pengalaman, sesuatu yang agak menyesakkan dada. Huahuahua, lebay haha. Biarin :P

Huft, sudah sekian lama penulis belajar di kampus Undip tercinta ini. #akuCintaUndip :D Sudah tiga tahun lamanya sejak negara api menyerang. Dan… eng ing eng, penulis lebih banyak kelayapan daripada belajar dengan sungguh-sungguh. :D Dasar bocah hahaha. Masa Kecil Kurang Berbahagia (MKKB) ya Bu? Haha. Maybe, abisnya pas kecil isinya belajar mulu dan karang main keluar, maklumlah gadis Jawa, anak pingitan, hahaha.

Ya gimana engga kelayapan mulu, semester satu tu tiga organisasi, yakni HMIF, DIGIT, dan R’nB. Semester dua penulis ikut DIGIT, BEM FSM, dan R’nB. Dan tahun ketiga kemaren penulis ikut R’nB, FLS(Future Leader Summit), dan Smartpreneur. Mulai Juni kemaren penulis mencoba mengikuti kegiatan Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS). Apa sih SABS? :D SABS itu ialah sekolah berbasis alam yang terletak di Klaten, Jawa Tengah, di pinggir sungai Bengawan Solo. Penulis penasaran dengan sekolah itu karena keunikannya dan itu seperti khayalan anak kecil jaman penulis masih kecil, *teringat film-film yang menampilkan rumah pohon*.

Oya, di SABS penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan, diantaranya ialah: Jelajah Solo dengan start Balekambang selama kurang lebih tujuh jam, Ramadhan Ceria bareng anak FT UNS (ini awal mula penulia bertemu dedek Hammam :D ), SABS Festival (Festival SABS bersama mahasiswa-mahasiswi KKN UNS hehe), dan Night Camp (Hiking dan Susur menyeberangi Sungai Bengawan Solo), ehmmm apa lagi ya? Hehehe.

Setelah itu, penulis digalaukan dengan makna dewasa, apasih makna dewasa sebenarnya? Siapa sih diri kita? Hehehe. Ini dia resume dari kakakku mas Itut, Dewasa:
1.       Ketika bisa nangis bareng, tidak hanya tertawa bersama.
2.       Ketika kita sudah mau terbuka, ngobrol bareng, memecahkan barrier yang ada, dan menurunkan ego kita.
3.       Apa lagi ya? Haha. Mungkin itu dulu. Silakan Manteman memaknainya sendiri-sendiri. J

Oya, tingkat tiga ini rasanya tinggal jalan-jalan. Kenapa? Karena isinya pencitraan dan menjaga link hehehe. Pencitraanya tuh di dalam dan di luar Undip. Penulis juga sering menghadiri kegiatan-kegiatan bisnis di hotel-hotel gitu, hehehe. Selain itu, penulis mencoba main ke Solo atau Jogja, membandingkan keilmiahan Solo dan Jogja itu bagaimana. Hehe. Dan, right, R’nB emang solutif, hehehe. Tinggal eksekusi-eksekusi di lapangan aja yang perlu dibenahi. Hehe.

Di usia yang tergolong tua untuk ukuran mahasiswa ini, penulis jadi lebih paham bagaimana harus bersikap dan memposisikan diri. Bersikap dalam artian bagaimana kita menerapkan segala ilmu yang sudah kita pelajari dalam ranah sikap/ adab/ etika ke siapapun, back to hirarki (tingkatan). Selain itu, penulis juga paham bagaimana harus memposisikan diri. Penulis lahir dari bawah, dalam artian memang memulai sesuatu dari nol, bahkan kadang minus.  Jadi paham bagaimana memposisikan diri sebagai adik, kakak, ibu, atau-pun bapak di suatu tempat itu (addaptable).

Oya, btw, tugas utama yang perlu saya lakukan sebagai mahasiswa jadi rada terlupakan. Apa? Ya belajar bersungguh-sungguh di Informatika, hehe. Sekarang saya ingin bangkit dan fokus untuk PKL dan TA1. Semoga lancar dan cepat kelar. :D 2015 lulus. Aamiin :D

Alhamdulillaah, serasa sudah menemukan siapa sih sebenarnya saya? Who am I sudah terjawab. J  Ini ceritaku dan pemaknaan diriku serta relasiku, bagimana ceritamu? J *Silakan berpendapat/ berekspresi*

Masdhiana Sukmawarni
Informatika Undip 2011
Tembalang, Semarang, pukul 3:13 AM tanggal 14 Oktober 2014
Readmore >>

TOOLS WAJIB BAGI KAWAN - KAWAN (UNTUK MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA!)

Bekal Perjalanan: :D 

1.       Know yourself. respect.
a.       Know yourself: mengetahui karakter-karakter dasar kita.
(1)    Buku: Personality Plus, penulis: Florence Litteature.
(2)    Mengetahui passion kita.
(3)    Introvert-ekstrovert, sensing-feeling, intuisi-naluri, judge-…
(4)    Dengan software DISC (silakan disearching).
(5)    Berdasarkan golongan darah.
(6)    Berdasarkan tulisan tangan (grafologi).
(7)    Berdasarkan wajah.
b.      Respect: menghormati atau menyayangi. Hierarki : paham tingkatan dan Korsa: kebersamaan.
2.       Bagaimana ber-relasi dengan lawan jenis. Buku: Mars and Venus, penulis: John Gray.
3.       Konsep Dialog: memahami à dipahami, tidak menyalahkan, tidak memojokkan, menggunakan hati-akal-pendengaran . Dari: Indonesian Youth Dialogue.
4.       Problem solver: utamakan basis, sesekali ke lapangan.
5.       Multiple intelligence. Teori dari: Howard G.
6.       Gaya belajar: audio, kinestetik, dan visual.
7.       Just do it now!
8.       Dewasa: ma(mp)u menertawai diri sendiri, buku: Kiss that Frog, penulis: Bryan Tracy. Dewasa: tidak hanya ma(mp)u tertawa bersama, namun sedih juga bersama.

Kesalahan adik adalah bukti kegagalan kakak dalam mengajari yang lebih baik.” (Doktrin Kaderisasi ITB)

Yosh! Right Solution to be the Bright Nation!
Mohon dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tools ini. J Keep writing! Keep sharing!

Readmore >>

[Kaderisasi] Dualitas Fungsi R'nB: Fungsi Organisator & Fungsi Peningkatan Kapasitas Diri!

Bismillaah…

Adakah yang sudah paham mengenai hal ini? Jikalau sudah ya alhamdulillaah, namun bagi yang belum perlu membaca tulisan ini. J
Konsep itu sudah termaktub di Buku Putih R’nB pada halaman 113 dengan judul Konsep Kaderisasi R’nB. Dengan sub judul Prinsip Kaderisasi R’nB. Penjelasan mengenai Dualitas Fungi R’nB:

1.    Fungsi organisator. Fungsi ini merujuk pada Kaderisasi sebagai Kultur Gerakan.
a.     Pada prinsip ini lebih menekankan bagaimana kaderisasi itu merupakan budaya bersama, jadi bukan budaya segelintir orang (missal HRD saja, iya HRD ialah pengelola yang lebih concern, namun kita semua wajib bertanggung jawab atas kaderisasi di R’nB).  
b.     Pada prinsip ini pula kaderisasi R’nB ialah jiwa gerakan mengkader. Jiwa ini merupakan karakter dan mentaslitas dari setiap kader dengan feeling berbagi serta feeling untuk membina. Dan jiwa dan feeling ini perlu diterapkan untuk setiap kader, jadi bukan sekedar hak, beban, atau kewajiban.

2.    Fungi peningkatan kapasitas diri. Fungsi ini merujuk pada dua prinsip selanjutnya, yakni Kaderisasi Berorientasi pada Hasil dan Kaderisasi yang Komprehensif (Menyeluruh) dan Integral (sebagai Kesatuan).
a.     Kaderisasi Berorientasi pada Hasil. Kaderisasi di R’nB berorientasi pada output. Sedangkan output R’nB ialah SDM. Jadi kaderisasi berorientasi pada pencapaian kapasitas pribadi(SDM) yang unggul, tangguh, dan professional. Dengan orientasi minimal pencapaian IKK (Indeks Kompetensi Kader).
b.    Kaderisasi yang Komprehensif (Menyeluruh) dan Integral (sebagai Kesatuan). Dalam sub poin prinsip ini, ada beberapa breakdown darinya. Breakdown Kaderisasi yang Komprehensif dan Integral:
                                             i.            Kaderisasi menyangkut beragam aspek dengan mengembangkan beragam potensi dan kompetensi kader. Hal ini berkaitan dengan IKK R’nB. IKK tersebut bisa menjadi standar minimal kompetensi yang perlu dikembangkan R’nBers sesuai dengan potensi dirinya.
                           ii.             Kaderisasi adalah turunan langsung dari visi R’nB. Visi R’nB ialah melahirkan technopreneur yang profesional dan tangguh yang mampu berperan dalam membangun daya saing bangsa.
                                          iii.            Seluruh ragam aktivitas R’nB yang dilakukan oleh berbagai tingkat dan bagian organisasi R’nB merupakan pencapaian tujuan kaderisasi R’nB. Jadi seluruh aktivitas yang terselenggara, baik di tiap tingkatan (Basic, Middle, Expert) maupun tiap bagian (per divisi) merupakan pencapaian tujuan dari kaderisasi di R’nB(yakni mencetak Technopreneur).  
                                        iv.            Sehingga segala aktualisasi kader baik di intra atau pun ekstra organisasi adalah bagian dari proses kaderisasi R’nB. Hal ini bisa dikaitkan dengan pemenuhan IKK. IKK bisa dipenuhi dengan kegiatan dari luar R’nB, semisal mengenai leadership, R’nBers tidak harus mengadakan kegiatan semisal di R’nB, mereka bisa saja mengikuti LKMM PD, LKMM D, atau LKMM M yang sudah biasa terselenggara.  
                                                            
Begitu kawan-kawan. Kayak kuliah umum ya? Hahaha :Dv

Nah, apasih maksud penulis share mengenai hal di atas? Maksudnya ialah ketika kita sudah masuk menjadi (setidaknya) anggota R’nB maka kita perlu memerhatikan konsekuensi yang kita terima di belakangnya. Apa konsekuensinya? Konsekuensinya ialah bisa seimbang menjadi organisator dan kapasitas diri pun terupgrade.

Penulis akan mencoba share penyakit teman-teman aktivis yang perlu diperhatikan dan dihindari:
1.      Mahasiswa prestatif à individualis, egois, maunya menang sendiri, dan pelit informasi/ sharing.
2.      Mahasiswa aktivis organisasi/ kegiatan à aktif sana sini, kuliah/ pengkaryaan terbengkalai.

Kedua tipe mahasiswa itu bagus, namun konsekuensi di R’nB ialah bisa menyeimbangkan antara keduanya, menjadi aktivis yang juga prestatif(kapasitas diri ter-upgrade). Secara keorganisasian dan leadership dia bisa mengelola tim serta memiliki skill meng-organize dan secara keilmuan dia aktif belajar, berkarya, dan mengaplikasikan hasil belajar dan berkarnya itu di masyarakat. Namun, lebih baik aplikasi ke masyarakat itu diterapkan dengan sistem buttom up. Bagaimana maksudnya? Maksudnya ialah seseorang mencari permasalahan real yang ada di masyarakat, disurvei, diteliti, kemudian setelah ia mempelajarinya maka solusi akan muncul dari sana dan solusi itu ialah karya yang diaplikasikan di masyarakat. Dan jangan lupa, kalau di R’nB tidak hanya sebagai aplikasi di masyarakat, namun juga dikomersilkan. J Jadi kita sebagai mahasiswa benar-benar solutif di masyarakat, bukan malah buat-buat masalah (memaksakan ide kita di masyarakat dan mencari masalah di masyarakat sesuai ide kita). Hehehe.
Jadi, kita belum bisa disebut R’nB sejati jika kedua hal itu masih timpang. Perlu keseimbangan antara bisa meng-organize dan selalu meng-upgrade kapasitas diri kita(khususnya sesuai bidang keilmuan kita).    

Readmore >>

Masa Transisi Aktivis Unyu ke Mahasiswa Tingkat Akhir

Bismillaah

Tak terasa tingkat tiga pun sedang dialami. Masa ini serasa masa transisi, dari yang semula bisa bersenang-senang dan bersemangat di kegiatan ini itu, menjadi mahasiswa yang sudah perlu memikirkan masa depan(kerja, studi lanjut, nikah, dsb).

Olala, melihat pamphlet/ info kegiatan, forum nasional, traveling, lomba, dan semacamnya itu layaknya tampang anak kecil yang melihat anak kecil lainnya makan permen. Huhuhu… Huaaa. Mupeng. Hha.

Sebenernya pun hal seperti ini terserah, kita mau lulus tepat waktu atau lulus pada waktu yang tepat, sesuai pertimbangan, keadaan, situasi, dan kondisi masing-masing. Namun, tidakkah kita berpikir mengenai orang tua kita yang tlah berlelah-lelah membanting tulang untuk kita dan menginginkan kita untuk lulus segera? Ya seperti keumuman orang tua, ingin semuanya lancar dan anaknya segera menerima gelar sarjana. Namun ya ada pilihan lain juga(lulus pada waktu yang tepat), yakni kita berwirausaha atau mencari uang dan membiayai biaya kuliah dengan uang itu. Namun, hal-hal semacam itu kan perlu dikomunikasikan ke orang tua, agar tidak terjadi misskomunikasi atau persepsi yang berbeda, sehingga kita bisa sefrekuensi juga dengan orang tua.

Dari sedikit uraian di atas berarti bisa dikategorikan:
  .       Lulus ontime. Bisa segera menyongsong fase selanjutnya. Namun, jika kita mau lulus ontime, coba diperhatikan perbekalan(skill) paska kampus, apakah sudah benar-benar terisi. Agar kita bisa survive di belantara kehidupan itu. Jika sudah ya monggo.

2.   Lulus pada waktu yang tepat. Lulus pada waktu yang tepat dan bertanggungjawab ialah menyelesaikan studi sesuai kondisi. Dengan biaya tambahan di luar delapan semester ditanggung dirinya sendiri. Kau merasakan tak? Jika lulus lama dan masih dibiayai orang tua itu rasanya malu sekali. Sudah umur sekian tapi masih minta-minta ke orang tua.

Readmore >>

Move On Cara Menyelesaikan Tugas

Move on. 
Mungkin sulit untuk mencoba berpindah ke lain cara untuk menyelesaikan sesuatu, namun cobalah. 
Jangan kau buang waktu hanya untuk menyesal dan merenungi yang telah tiada, padahal ada cara lain yang bisa digunakan untuk menyelesaikan tugas itu meski tak sesempurna dia. 
Sabar.
Tetep semangat. 
Jangan berlarut melihat suatu fatamorgana.
Padahal yang nyata pun ada, meski tak sesempurna yang diharapkan. 
Segera selesaikan, sebelum yang lain mengantri di belakang. 
Cukup ucapkan "qodarullaah wa maa syaa'a fa'al"
Dan jadikan pelajaran berharga.
Readmore >>

Metode berkontribusi


Cara tiap orang berkontribusi tak sama
Begitupun karunia Allaah membedakan potensi manusia
Ada yang dengan lisannya
Ada yang dengan tulisannya
Ada yang dengan tindakannya
Tak usah terlalu banyak menuntut dan mengeluh
Cukup maksimalkan potensi yang telah diberikannya

Seperti hukum use and disuse
Semakin sering digunakan maka akan semakin terlatih
Begitupun cara berkontribusi itu
Semakin sering dilakukan naluri kita semakin terlatih
Dan jam terbang kita pun meninggi

Apresiasi usaha setiap orang untuk berkontribusi
Karna hal sekecil apapun kan tetap berarti
Jika tiada ia mungkin kan seperti sayur tanpa garam
Kecil, remeh, namun timbulkan kesan ada yang kurang

Biarlah orang berkembang sesuai track passionnya
Biarlah ia menjadi kupu-kupu indah sesuai inginnya
Biarlah kita jadi pelangi, yang berwarna warni
Biarlah kita menjadi puzzle, yang saling melengkapi

#youthcontribute
 
Readmore >>

Perjalanan dan Kesyukuran: Pengmas Realita dan Keluarga Baru yang Baik


Bismillaah

Berawal setahun yang lalu yakni pada acara Musyawarah Regional III, penulis mengetahui akan adanya kegiatan Pengabdian Masyarakat Realisasi Hasil Penelitian (Pengmas Realita), namun penulis pesimis untuk ikut. Hingga mendekati hari H, dari admin R’nB ada yang mengabari penulis agar mengikuti acara itu.

Dan hari H berlangsung. Penulis dan teman-teman ke sana bersama rombongan Unnes. Beberapa hari di sana kami menemukan permasalahan, potensi alam, pengalaman baru, dan juga kawan-kawan baru dari berbagai penjuru Indonesia. Kami dari berbagai penjuru dengan bahasa, kebudayaan, dan logat yang berbeda-beda. Dan hal itu melatih kepekaan kami untuk membedakan logat dari setiap daerah.

Setelah hari H, dibuatlah grup facebook Pengmas Realita III. Ya biasalah, paska acara ada foto-foto dan cerita-cerita yang dibawa dari sana.

Pada tahun ini, penulis mengikuti Pengmas Realita lagi. Ada beberapa orang alumni Pengmas Realita III yang juga mengikuti Pengmas Realita IV.

Kami sehidup senasib di sana. Saat itu Pengmas Realita III dilaksanakan di Jember dan Pengmas Realita IV dilaksanakan di Banten. Namanya juga Pengabdian Masyarakat, bukanlah kepraktisan yang kami dapat, namun kami perlu berjuang, survive, dan mau susah dengan situasi dan kondisi yang ada.

Setelah itu pun dibuat grup Pengmas Realita IV dan ada beberapa tulisan serta foto-foto yang mengalir dari fikir teman-teman peserta. Selain itu, karena rumah penulis di Wonogiri, maka penulis bisa mampir ke UNS (Universitas Sebelas Maret) Solo. Akhir-akhir ini penulis sering mampir ke UNS. Penulis mencoba mengulik comdev di Solo. Dengan bantuan teman-teman SIM penulis bisa mengikuti kegiatan SABS (Sekolah Alam Bengawan Solo) dan salah satu agenda SIM, padahal tidak diundang. Hehehe.

Tidak hanya sebatas itu, komunikasi dan silaturahim tetap kami jaga, yakni via grup FB, grup BBM, SMS, atau social media yang lain. Sebuah kesyukuran ialah kami bisa sharing mengenai konsep keilmiahan di universitas lain, sehingga bisa terjadi transfer ilmu dan mungkin bisa saling melengkapi.

Kecocokan yang kami rasakan mungkin karena passion yang sama, selain itu kami bisa nyaman karena sama-sama mau diajak susah dan mau berbagi. Kebaikan-kebaikan pun bisa dirasakan, seperti peserta yang perhatian satu sama lain(keep contact) atau ketika kami travelling di lain daerah ada kawan di sana yang bisa disapa dan dikunjungi, sehingga urusannya jadi lebih mudah. J    

Readmore >>

[Catatan dari Dosen] Rasulullaah Mengajarkan Keilmiahan - Referensi, Sitasi, atau Daftar Pustaka

Bismillaah

Ini ialah hasil bimbingan PKL yang pertama dengan dosen yang pertama, hhe. Pada saat itu bapaknya menjelaskan bagaimana Islam telah mengajarkan keilmiahan. Kok bisa? Iya bisa :P

Biasa memerhatikan ga kenapa hadist itu buntutnya panjang banget kayak gelar? #eh. Sampai kita mungkin agak males untuk membacanya karena sitasi atau jalur periwayatannya yang panjang banget. Buntut itu namanya sanad hadits, sanad itu jalur periwayatan. Contoh sanad: dari si A, dari si B, dari si C, dst. Hadits yang bisa dijadikan landasan ialah hadits yang shahih (benar), ya ga Guys? J Hadits yang tidak sampai ke Rasulullaah, hadits karangan(maudhu’), atau sanadnya lemah(dhaif) maka hadits itu tidak dapat dijadikan sebagai referensi.  

“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silakan dia ambil tempat duduknya di neraka.” HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 3
Nah lhoh, ga mau kan disuruh mengambil tempat duduknya di neraka? Hhe. So, ambil hadits yang pasti-pasti aja J Pasti bener.

Eh btw mengenai hadits Dhaif, ini ada beberapa rincian syarat bagaimana saja hadits Dhaif bisa dipakai.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Sedangkan hadits dho’if diperselisihkan oleh para ulama -rahimahumullah-. Ada yang membolehkan untuk disebarluaskan dan dinukil, namun mereka memberikan tiga syarat dalam masalah ini,

[Syarat pertama] Hadits tersebut tidaklah terlalu dho’if (tidak terlalu lemah).
[Syarat kedua] Hadits tersebut didukung oleh dalil lain yang shahih yang menjelaskan adanya pahala dan hukuman.
[Syarat ketiga] Tidak boleh diyakini bahwa hadits tersebut dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits tersebut haruslah disampaikan dengan lafazh tidak jazim (yaitu tidak tegas). Hadits tersebut hanya digunakan dalam masalah at targhib untuk memotivasi dan at tarhib untuk menakut-nakuti.”

Yang dimaksudkan tidak boleh menggunakan lafazh jazim adalah tidak boleh menggunakan kata “qola Rasulullah” (رَسُوْل اللهِ قَالَ), yaitu Rasulullah bersabda. Namun kalau hadits dho’if tersebut ingin disebarluaskan maka harus menggunakan lafazh “ruwiya ‘an rosulillah” (ada yang meriwayatkan dari Rasulullah) atau lafazh “dzukiro ‘anhu” (ada yang menyebutkan dari Rasulullah), atau ”qiila”, atau semacam itu.

Jadi intinya, tidaklah boleh menggunakan lafazh “Qola Rosulullah” (Rasulullah bersabda) tatkala menyebutkan hadits dho’if.
Kyaaaa :D ini malah kita bahas hadits Dhaif ya? Haha. Back to topic.

Ketika hal ini dianalogikan maka seperti kalau kita menulis karya ilmiah, maka perlu ada referensi, sitasi, atau daftar pustaka. Sebuah data yang valid perlu ada asal/ sumber data itu diambil, kita tidak bisa mengambil data secara sembarangan. Karna itu sebagai wujud tanggungjawab ilmiah pada orang-orang yang membaca karya tulis kita. Ya ga? Dan so pasti dalam membuat karya yang ilmiah tidak mungkin kita mengabaikan sumber data(referensi, sitasi, atau daftar pustaka), karna karya yang kuat atau sarat keilmiahan atau sarat makna ialah karya yang dibuat dengan data-data penunjang.

Jadi, sudah jelaskan ternyata Rasulullaah pun mengajarkan pada kita untuk ilmiah, dari sumber-sumer yang kita pakai dalam menjalani hidup ini. Dan hal itu terefleksi dalam karya ilmiah yang memerlukan referensi, sitasi, atau daftar pustaka yang valid agar karya itu lebih sarat keilmiahannya.

Referensi:
http://rumaysho.com/faedah-ilmu/bolehkah-menggunakan-hadits-maudhu-dan-hadits-dhoif-566

Readmore >>

Lakukanlah Semampumu

Rasulullaah mengajarkan pada kita untuk tetap menanam 1/2 biji kurma meski esok hari kiamat.
Orang-orang terdahulu tetap mempelajari ilmu / mendiskusikan ilmu meski beliau" sakit. 
Jika tak bisa melakukan semua, maka jangan meninggalkan semua.

Mungkin implementasinya hampir sama dengan ketika kita masih mempunyai sedikit tenaga maka berkontribusilah semampu kita.
Jika kita hanya mampu berkontribusi 1/2 hari lakukanlah, jika kita hanya bisa berkontribusi 1 hari lakukanlah. Sebelum kita benar" tak berdaya di pembaringan.

#cmiiw

Alhamdulillaahiladzi bini'matihi tatinnushsholihat 

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=662104517190027&set=a.595751493825330.1073741830.100001714536452&type=1


Readmore >>

[Nilai-nilai Bekal Survive]


Ketika kanak-kanak kita mungkin akan mudah merekam segala kejadian. Pendidikan karakterpun bisa diselipkan di sana. Semisal nilai-nilai kejujuran dan tanggungjawab.
Nilai-nilai itu sebagai bekal ketika mereka dewasa. Karna itu yang kan mereka bawa dan kan mereka aplikasikan. 
Cepat atau lambat seorang anak akan berpisah dengan orang tuanya. Entah karena merantau kuliah, bekerja, atau telah menikah.
Jika orang tua tidak membekali nilai-nilai itu dalam terapan real, bagaimana si anak akan survive di dunia belantara itu(?)
Anak yang biasa diprotect dan diatur, paska ia jauh dari orang tuanya dan tiada yang memprotect dan mengaturnya, bagaimana dia bisa settle mengatur dirinya sendiri, ketika sang orang tua tidak memberi clue-clue untuk mengatur diri(?)
Jika si anak sering didekte, siapakah yang kan mendektenya ketika tlah berpisah dengan orang tua (?) Padahal cepat atau lambat mereka kan berpisah dengan orang tuanya.
Anak yang biasa dimanja dan diberi kenikmatan, bagaimana ia jika suatu saat ia dihadapkan pada kehidupan yang memang keras (?)
Bukankah generasi yang bagus ialah generasi yang bisa melahirkan generasi yang lebih bagus daripada generasi masanya (?)


https://www.facebook.com/masdhiana/posts/670544916345987
Readmore >>

#2 Play with SABS: Ekspedisi 30 Jam di Mulai! :D

Bismillaah

Setelah mereka mengerjakan tugas mendata bangunan, peristiwa, orang, dan kuliner serta sudah laporan pada mas Jefri, kami menuju Gor Manahan. Di jalan itu kami menanyai ibu-ibu penjaja makanan. Karena kami tidak mengetahui jalan, maka kami bertanya pada orang di sekitar sana, namun qodarullaah kami kek diputer-puter gitu, huhuhu. Kami menyusuri jejalanan lagi serta menjalankan tugas yang diberikan dan alhamdulillaah kami bertemu mas jefri. Setelah bertemu mas Jefri, kami sholat Dhuhur bersama di Masjid Al Amin. Setelah sholat kami makan siang. Namun qodarullaah, dik Fety menangis karena gatelnya semakin parah dan melebar. Kami kebingungan dengan situasi yang ada. Mbak Yulia dan mbak Linda memberi Salep, namun ia belum jua menangis. Ya iyalah, rasanya panas dan gatel serta daerah lukanya membesar, kasihan sekali dia, penulis tak tega dengannya. Kemudian penulis mengusulkan untuk membawa ke dokter. Dibawalah ia ke dokter anak, namun terus gimana gitu trus dik Fety dibawa pulang. Dia terkena jamur. Dan kami melanjutkan perjalanan. Sedih juga sih, satu pasukan berkurang, yang tersisa ialah mas Jefri, penulis, Yulia, dan 4 anak lainnya.

Setelah dari masjid itu, kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Balapan. Menuju Stasiun Balapan kami bertemu dengan pemulung yang berpenghasilan Rp 40.000,00- Rp 5.000,00 per hari. Setelah itu kami menemukan Pasar Nongko, masuklah kami ke pasar itu. Di pasar itu kami menanyai ibu-ibu penjual tabungan(celengan) dan lainnya. Keluar pasar, kami menemukan penjual-penjual tanaman, masuklah kami melihat-lihat bunga itu. Si Abhi berhasil membawa kaktus kecil. Setelah kami melihat-lihat bunga atau tanaman di sepanjang jalan itu, alhamdulillaah kami sampai di Stasiun Balapan Solo. Di stasiun itu kami bertemu pada mas-mas arsitek UNS 2009, beliau sedang men-sketsa gambar Stasiun Balapan. Ketika bertemu dengan masnya, kami melihat-lihat hasil karyanya (ternyata banyak juga sketsa karyanya) dan ngobrol dengan beliau juga yang ternyata adik tingkat mas Jefri di UNS. Setelah berbincang dengan mas arsitek, namanya mas Galih, kami memasuki stasiun itu. Kemudian keluar dan melanjutkan perjalanan ke UNS. Kami tidak ke Monumen Banjarsari, karna saat di masjid tadi kami beristirahat cukup lama. Selanjutnya ialah ke UNS.


Perjalanan ke UNS itu kami bertemu dengan bapak-bapak penjual alat rumah tangga yang berjalan dari jam 7 hingga malam hari dengan mendorong grobak. masyaAllaah sekali bapaknya. Kami bertemu dengan beliau paska sholat Ashar di masjid. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi. Kami berhenti di depan SMA N 2 Solo, yang ternyata bersebelahan dengan SMA N 1 Solo dan kami membeli minuman di sana. Di depan SMA N 1 Solo adiknya menanyai salah satu mbak yang bersekolah di sana. Adiknya bertanya nama, alamat, dan enak tidak sekolah di SMA N 1 Solo. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan bertemulah kami dengan jembatan yang di bawahnya dilalui kereta api. Kami menunggu sesaat untuk bisa melihat kereta api yang sedang berjalan dan merasakan berapa di atasnya. Beberapa menit setelah di sana, kami melihat kereta api melaju. masyaAllaah sekali, mendengar deru kereta api dan melihat gerbong-gerbong itu berjalan. Setelah itu, lanjut lagi, kami mampir di masjid untuk sholat Maghrib di masjid dekat UNS. Kami sholat di sana kemudian berjalan hingga sampailah kami di NH. Wah, sedih harus berpisah dengan mereka, namun ya bagaimana lagi. Penulis berpamitan dengan mereka dan melanjutkan pulang ke Wonogiri.
Yang penulis rasanya ialah rasa salut pada adik-adik SABS, karena mereka tidak mengeluh dan tidak menyusahkan selama perjalanan.  Selain itu, penulis terkesima dengan mereka yang sejak kecil sudah diajari untuk bereksplorasi dengan alam/ lingkungan sekitar.

Dan ini ada tulisan lain yang penulis tulis dari jalan-jalan bersama mereka:

Pergilah ke mana pun kau kan pergi
Namun tetaplah ingat bahwa kau pun perlu kembali ke rumah asalmu
Raihlah hal yang tertinggi, namun ingatlah bahwa kau perlu berbagi
Karna setiap rizki yang tlah diberikan Allaah, ada rizki orang lain di sana (tak mutlak untuk kita)
Apatah yang tlah kau bagi?

Kehidupan ini tak berlangsung lama
Apa guna kau nanti esok jika sekarang pun bisa
Apa guna gelarmu mahasiswa
Jika untuk masyarakat saja kau tiada

"Carilah peluang di celah kebutuhan masyarakat itu", itu kata guru
Jadilah membumi
Yang bisa menyentuh pelosok negri
Bukan sekedar retorika tak berarti

Jadilah menepi
Ke pinggiran kehidupan
Agar kau tau luka mereka
Mengolah empati dan rasa

#rintihanMalam


Dari teman" SABS kemaren kita belajar kepekaan sosial. Ketika mengetahui peristiwa unik, kita diminta mendokumentasikan hal itu. Contohnya ialah warga yang pindah rumah dan barang"nya diangkut dengan becak.
Dokumentasi lewat foto dan tulisan. Sejak kecil mereka tlah dididik untuk peka pada sosial. Agar mereka tergerak tuk bertindak.
Selain peristiwa, kita juga diminta mendokumentasikan profil orang dan bangunan. 
MasyaAllah sekali, salah satunya kita menemukan bapak" penjual peralatan rumah tangga dengan grobak dorong yang berjalan dari jam 7 pagi hingga malam.
Bangunan yang didokumentasikan salah satunya ialah pasar. Selain mereka mendokumentasikannya, mereka juga bertanya" pada penjual di pasar itu. Salah satunya mbah" penjual celengan (tabungan).

Oya, selain itu mereka diminta untuk mendata kuliner.

["Pergi dari Sini ke Sana" Selama 7 Jam Cah Bocah]
Jadilah layaknya cahbocah itu, mereka "Pergi dari Sini ke Sana" tak banyak pikir dan takut.
Padahal mereka hanya anak kecil. Di jalan banyak mobil, motor, mereka melewati ril kereta api, mungkin bisa bertemu orang gila, preman, atau orang lain bisa menjahati mereka.
Namun, apakah mereka berpikir dan takut akan hal itu? Mereka berani. Mereka berani "Pergi dari Sini ke Sana". Mereka pun menyelesaikan tugas dengan perlahan. Mereka menjalankannya dengan tingkah polos dan lucu mereka. Rekaman peristiwa-peristiwa buruk belum menyapa mereka. Lupakan peristiwa-peristiwa buruk itu. Mereka tak berhak menghambat langkahmu untuk "Pergi dari Sini ke Sana".
Mereka pun melangkahkan kaki yang pertama untuk bisa "Pergi dari Sini ke Sana" selama 7 jam!
Langkahkan kakimu. Jangan usik takutmu. Biarlah ia dalam tenang dan kau pun tak terganggu. Tersenyumlah pada kenyataan dan jalani. Ayunkan langkah pertama.  
Semangat!
Mungkin ini ya perbedaan anak yang sangat diprotect dan SO (Study Oriented) dengan anak yang dibebaskan bereksplorasi (namun bisa mengendalikan diri).

Anak yang diprotect dan SO akan didominasi ketakutan karena biasa dilindungi dan kurang dikenalkan dunia luar. 
Anak yang dibebaskan bereksplorasi (namun bisa mengendalikan diri) akan bisa cepat berkembang karena mereka dibiasakan mencoba hal-hal baru dan tidak takut untuk mengeksplor dirinya (dengan yang ada di sekitarnya).

Masih tentang 
Sekolah Alam Bengawan Solo 
#imo
#hikmahSABS


| Masdhiana Sukmawarni | Informatika Undip 2011 |
Readmore >>