Jika suatu pekerjaan dilakukan dengan tulus ikhlas, maka ketika ada penghargaan dan sang pelaku tidak mendapatkan penghargaan itu, ia akan merasa biasa saja bahkan ia akan bahagia, karna seperti tangan kiri yang tak mengetahui apa yang dikerjakan tangan kanan.
Ia tidak akan kecewa, ia tidak akan cemberut, bahkan ia akan bahagia, karna ia hanya mengharap balasan dari-Nya (yang notabene lebih besarrrr balasannya).
Ia akan tetap melakukan pekerjaan itu bagaimana pun respon orang lain, karna yang ia ingini bukan apresiasi/ awarding itu, ia punya objective tersendiri, yang biarlah ia, Allaah, dan orang-orang yang mengerti saja yang mengetahuinya.
Ia akan tetap menuju objectivenya, awarding/ apresiasi itu ia anggap sebagai bonus kecil yang menghinggapinya, bonus kecil yang senenarnya tak ia harapkan, karna akan mengurangi balasan yang lebih besar yang akan ia terima. Mungkin seperti jika kita melihat lukisan yang menjauh, semakin jauh, semakin kecil, itu yang kita peroleh: kecil. Bukan balasan yang terdekat dengan pandangan kita, yang besar.
Yuk, dikoreksi, kontribusi kita tulus ikhlas ataukah kontribusi mengharap apresiasi? Biar jadi 'terbaik', 'teraktif', ataupun 'ter' 'ter' 'ter' lain yang berkata dasar positif.
Atau bahkan tersusup niat kontribusi untuk posisi? Kontribusi besar-besaran kita hanya untuk posisi tak sebenarnya tak seberapa, karna yang dinilai ialah kontribusi dan ketulusan kontribusi kita. Posisi hanyalah tempat agar kita harus lebih berkontribusi dari yang lain. Bukan tempat kesemena-menaan. Karna kepemimpinan bukan tentang jabatan.
Dalam keberjalanan, yuk dikoreksi lagi, objective kita, ketulusan tanpa kontaminan, dan sesuaikah track kita saat itu dan yang seharusnya.
https://www.facebook.com/masdhiana/posts/603683809698765?stream_ref=10
Readmore >>