Páginas

Monday, 26 August 2013

Muncak Gunung Ungaran: Capek tapi Seruuu!

Bismillaah

Alhamdulillaah, Allaahu akbar, kesampaian juga muncak ke Gunung Ungaran :D Setelah sekian taun menginginkannya #lebay :D Sejak 2011 (kalo gak salah) udah pengen ke sana, karena temenku yang lain udah ke sana u,u 

Nah, mari simak ceritanya.

Jumat malam(23/8/2013) Satria SMS aku ngasih tau kalo mau muncak atas permintaan Depe. Namun saat itu aku baru pulang ke Wonogiri, jadi yang bisa kulakukan ialah melobby orang tua agar aku bisa Nyemarang mengikuti pendakian  itu. Sabtu sampai di rumah, bilang ke ibu kalo mau balik Ahad pagi, dan bilang ke bapak juga. Meski dengan nada kurang ridha, namun alhamdulillaah Ahad(25/8/2013) pagi aku bisa Nyemarang. Mepet banget rasanya, tanpa persiapan fisik maupun hal-hal lain. Tapi, aku hanya mengikuti instruksi saja meski sebenernya gak gitu dipikirin dengan serius. Ahad siang alhamdulillaah sampai di kost, istirhat sebentar, dan sorenya kami berkumpul di kontrakan Depe. Ya Allaah, banyak orang tlah menanti di sana. Hhe ^^V aku ke kontrakan Depe sama Mila. Dan ternyata apa yang terjadi? Olala kami masih menunggu cukup lama -_- aku pikir dah pada siap.

Jam 5an itu 8 orang dari Informatika Undip (Depe, Satria, Sidig, Mila, Galih, Haris, Ade Pondra, aku) dan satu temen Depe(Aca) berangkat dari Tembalang menuju ke Ungaran. Kami ke sana naik motor. Setelah mendengar kumandang adzan Maghrib kami memutuskan untuk sholat. Setelah itu melanjutkan perjalanan, hhe. Setelah sampai di kaki gunung Ungaran, motor kami titipkan, dengan membayar Rp 5.000,00 motor kami parkir di sana, nomor polisi kami pun dicatat. Parkiran itu merupakan pos satu. Setelah memarkirkan motor, kami naik ke atas. Di gelapnya malam itu, beberapa senter membantu mata kami untuk melihat rute pendakian. Sekitar dua jam kami menempuh jalan setapak itu, ketika capek kami berhenti sejenak.

Kami memutuskan untuk tidur di rumah warga, karena memang sedari awal tak membawa tenda, hhe. Jam 9an kami sampai di rumah warga, sang bapak membuatkan makan dan minum untuk kami dengan bayaran yang tak seberapa. Sembari menunggu mienya masak, kami sholat, sebelum sholat kami berwudhu dan dinginnnya airpun sampai menusuk tulang. Setelah itu kami tidur. Sekitar jam 10 aku terbangun karena gak kuat sama dinginnya tempat itu :’( Trus jadi mikir banyak hal, tentang gak siap untuk pendakian ini, tentang kehidupan akhirat gimana kalo gak disiapin, tentang focus, dll. Kalo aku focus harusnya nyari tau tentang suasana gunung Ungaran ini atau kan bisa pinjem sleeping bag mas Unggul, kemaren kan juga pulang. Hmm. Galau mau minta tolong atau gak. Mikirnya gini, “Kasian temen-temenku yang udah tidur pules, masak aku ganggu?”, mikir gini juga, “Kalo aku gak minta tolong, aku gak bisa tidur, kalo gak tidur, besok pendakiannya gimana, kan butuh energy ekstra. Daripada nyusahin orang banyak, mending bangunin satu dua orang aja.” Antara iya dan enggak, melangkah enggak, melangkah enggak, dan akhirnya melangkah, membangunkan salah satu kawan dan dipinjemi jaketnya yang gak dikenakan, Alhamdulillah atas udah lumayan, tinggal yang bawah, dingin banget, akhirnya memutuskan untuk tidur dengan memakai sepatu hmm..  Dicoba tidur, tapi kok gak bobok-bobok, apa efek sering begadang ya, hmm… galau lagi, bangunin temen untuk minta tolakangin atau enggak (kali aja bisa cepet tidur, karena efeknya), soalnya dia keliatan pulas. >.< kuberanikan diri membangunkannya, aku minum tolakangin dan mencoba tidur, meski rada susah. Dan ternyata aku menggigil/ sampe bersuara, aku tersadar karena Mila menanyaiku, kemudian aku tahan untuk tak bersuara. Ya Allaah. :’(

Aku terbangun lagi, dan kulihat bahwa tlah menunjukkan jam 2.30, menunjukkan kami harus melanjutkan pendakian. Dingin merasuk dan kami berusaha memunculkan energy panas dengan bergerak. Kami melanjutkan pendakian itu. Seperti sebelumnya, jalan setapak kami lewati, dengan bantuan center juga. Semakin dekat dengan puncak tracknya jadi lumayan, kami musti mengerahkan segala daya upaya, gak cuma kaki saja, namun tangan dll juga. Aku menaiki perlahan dengan bantuan tetumbuhan/ batu yang berada di sekitar track itu. Ketika lelah menggelayut dan mulai lunglai, kami saling menyemangati. Hha, jadi inget antara PHP dan motivasi. Kata Depe keduanya gak beda jauh. Contohnya tu kalimat “Bentar lagi”, itu bisa jadi motivasi karena kita akan berpikir bentar lagi nyampe dan kita semakin semangat jalan, namun kadang tu kek PHP, masih rada jauh udah dibilang dekat u,u Selain track lebih susah, ketika di atas angin pun menyambar-nyambar. Oya, sebelumnya tu jaketku jatuh, tapi alhamdulillaah ditemuin Ade :’) Dan ketika angin itu semakin menyapa kami, kuputuskan untuk memakai jaket almamater Rohis SMA N 1 Wonogiri itu. Semakin dekat, lelah terasa menyapa, namun kawan yang lain pun memotivasi. Dan kami belum sholat subuh juga >.<

Kami berjalan-berjalan dan alhamdulillaah :D sampailah kami di puncak. Dingin tetap merasuk hingga membuat tangan kami mati rasa. Sesampai di puncak, kami sholat, so sweet banget, tapi dinginnnn. Setelah itu kami mengabadikan momen itu di kamera masing-masing. Sun rise yang cantik, gunung, jaket almamater, jaket organisasi, MMT, tak lupa diri kami :D dll kami abadikan, hhe. Setelah foto-foto, kami membuat mie. Kemaren Satria minta aku untuk bawa panci, dan aku membawa panci dari rumah, hhe. Dengan kerjasama kompor, paraffin, korek api, panci, dan bahan yang lain mie pun masak. Omg, dan aku lupa/ gak terpikir untuk bawa sendok hmm. Jadilah kami makan mie dengan menggunakan tangan. Cara memasak dan menyantap yang sangat tidak higienis. Setelah membuat mie, kami membuat susu hangat yang juga tidak higienis. Karena tanganku sulit untuk menulis (karena dinginnya tempat itu), aku memutuskan untuk merenung, merenungi perjalanan hidup, seperti dulu kala di Gunung Gandul , Wonogiri, hhe. Jam 7an kami memutuskan untuk turun. Alhamdulillaah, meski rada susah, kami berhasil turun dengan selamat. Jam 10.30an kami sampai di tempat parkir.

Alhamdulillaah, seneng banget udah keturutan kemauanku untuk naik gunung Ungaran, apalagi pakai rok, yang notabene musti ekstra hati-hati biar gak nyangkut, hha. Bak pengantin atau tuan putri, aku berjalan sembari memegang ujung rok agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, hhe. *Harusnya ada yang bertugas megangin ujung rokku #eh :D *

Dalam perjalan kami juga becanda-becanda. Pendakian ini merupakan pendakian Satria yang ke-10, subhanallaah banget dah, hhe. Oya, seneng juga bisa mengibarkan jaket almamater Rohis SMA N 1 Wonogiri di puncak Gunung Ungaran. Pendakian ini kado indah sebelum 20 tahun =) #tua :D


Dan ucapan Terima Kasih teruntuk:
1.      Depe yang berusaha mengadakan pendakian masal Elefatic ini, meski yang dateng Cuma segitu. Makasih juga pinjeman jaketnya.
2.      Satria yang ngasih tau kalo ada penmas dan sebagai abang penunjuk jalan, hhe. Selamat ya udah yang ke-10.
3.      Mila yang nemenin muncak, kalo gak ada ceweknya gimana  dan semua bantuannya di perjalanan >.<
4.      Ade Pondra yang udah nemuin jaketku, alhamdulillaah.
5.      Haris yang telaten nyenterin di depanku.
6.      Sidig yang bawain jas ujanku pas turun.
7.      Galih yang udah mau nebengin Mila pas pulang.

For all, semangat yak untuk ke Lawunya :D

Oya, hal-hal yang bisa kupetik:
1.      Harus tolong-menolong.
2.      Gak egois. Kan kita mendaki bareng-bareng, jadi yang depan musti menyesuaikan juga sama yang belakang. Kalo depan terlalu cepat atau jaraknya jauh maka segera kasih kode untuk nunggu yang di belakang.
3.      Harus perhatian dan pengertian. Perhatian ma temen, kalo istirahat kan pasti butuh minum atau makan, tawarin ke temen. Senterin rute untuk temen. Bawain barang temen, tanyain masih sehat/ gak. Ulurkan tangan untuk orang lain =)  Ini keknya ngereference ke poin 1, hhe.
4.      Persiapkan segala sesuatu dengan baik, agar semua lancar jaya :D Persiapan fisik dan peralatan yang penting untuk dibawa. Jangan lebay juga c, biar gak rempong atau berat bawa pas pendakiannya, jadi inget “Kebo Kabotan Sungu”. Bawa barang seperlunya aja, biar kita gak kerepotan juga.
5.      Itulah tanda kauniyah dari Allaah. Menciptakan gunung yang tinggi, angin yang menyambar, puncak yang dingin, dll. Harusnya itu bisa mengingatkan kita pada kebesaran-Nya.
6.      Sebaiknya jangan merusak. “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Qs.Al A’raf: 56).
7.      Perlunya pemimpin dalam perjalanan. Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudri, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika tiga orang keluar untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka untuk menjadi pemimpin.” (Shahih Abi Dawud, no. 2608).

Dan ini ada beberapa kutipan ayat tentang gunung yang mungkin bikin kita berpikir atas kebesaran-Nya:
1.      "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
2.      "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7)
3.      "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)





No comments:

Post a Comment

Assalaamu'alaykum.. Teman-teman yang mengenal saya atau pun tidak, silakan memberikan komentar teman-teman mengenai blog ini. Demi perbaikan saya, ok? :)
Syukron wa jazakumullahu khoiron